Penulis: Bill Kiriakis (Global SVP Sales, Adjust)
Video streaming kini semakin populer di era pandemi COVID-19, saat miliaran penduduk dunia berdiam di rumah dan menghabiskan waktu untuk menonton film/serial televisi.
Pendapatan dari segmen video streaming pun diperkirakan akan meningkat hingga mencapai $30,4 miliar pada tahun 2024 dan para pemain besar seperti Disney, HBO dan Amazon menanamkan investasi yang besar pada Over The Top (OTT) media yang dengan cepat menjadi kategori yang penting bagi pembuat aplikasi dan pengiklan.
Saat mendengar istilah OTT, hal pertama yang muncul di benak kita mungkin adalah menonton televisi melalui internet.
Tetapi perangkat mobile (smartphone) berperan penting bagi OTT, saat pengguna menonton di ruang tamu maupun saat bepergian.
Laporan eMarketer menyebutkan bahwa 63% dari pelanggan di AS paling sering mengakses OTT dari TV. Perangkat smartphone menempati urutan kedua, yakni 11,6%.
Akan tetapi, durasi pengguna menonton OTT pada smartphone setara dengan hampir 25% dari total durasi menonton.
Artinya, durasi pengguna perangkat smartphone menonton OTT di atas rata-rata pengguna lainnya.
Selain itu, smartphone juga seringkali menjadi layar kedua bagi pelanggan OTT. Perusahaan penyedia layanan streaming Roku menyediakan fungsi agar pengguna dapat menggunakan smartphone mereka sebagai remote control.
Tetapi secara umum, berapa banyak pengguna yang belum pernah menggunakan smartphone untuk menonton episode dari serial populer saat bepergian?
Secara strategis, ini penting untuk diketahui oleh pemasar, karena bahkan pengguna yang masih menonton dari TV dapat didorong untuk menginstall aplikasi yang mereka lihat saat streaming.
Seiring dengan perkembangan ekosistem OTT, persaingan untuk mendapatkan penonton pun semakin ketat.
Setelah mendominasi selama hampir sepuluh tahun, Netflix kini menghadapi tantangan yang signifikan. OTT tidak lagi dikategorikan sebagai niche melainkan sebagai mass market (pasar massal).