Find Us On Social Media :

Petani Milenial: Ketika Anak Muda Jadi Petani dan Dibekali Teknologi

By Wisnu Nugroho, Senin, 25 Januari 2021 | 17:37 WIB

Ilustrasi petani yang pulang dari sawah

Ada potret mengkhawatirkan dari wajah pertanian Indonesia. Jika menilik data BPS, jumlah petani di generasi milenial, alias yang berumur 19-39 tahun, terus menurun. Jumlahnya kini hanya 2,7 juta, atau 8% dari total petani di Indonesia. 

Dengan regenerasi yang mandek seperti ini, Indonesia bisa mengalami krisis petani pada 10 tahun ke depan. Dampak buruk pun membayang, seperti terancamnya aspek ketahanan pangan bangsa ini.

Faktor inilah yang mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggulirkan program Petani Milenial. Melalui program ini, Pemprov Jabar mengundang generasi milenial Jawa Barat untuk kembali ke sawah dan menjadi petani. “Harapannya, petani milenial ini akan meningkatkan produktivitas pertanian, yang akhirnya mendukung ketahanan pangan,” ungkap Setiaji (Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemprov Jabar), dalam sebuah wawancara eksklusif dengan InfoKomputer. 

Baca Juga: Peran Tanihub selama Pandemi: Serap Suplai, Amankan Distribusi

Selain untuk regenerasi, generasi milenial dianggap memiliki karakter yang adaptif terhadap perubahan. “Generasi milenial juga bisa langsung menggunakan teknologi digital,” ungkap Setiaji. Faktor teknologi ini menjadi krusial karena program ini sarat akan pemanfaatan teknologi. “Inovasi teknologi digital ini akan dimanfaatkan pada sistem budidaya, mulai dari on-farm maupun off-farm,” ungkap Setiaji. 

Pada aspek on-farm atau aktivitas pertanian, program ini akan menggunakan teknologi terkini seperti Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Manajemen pertanian akan mengandalkan bantuan teknologi, mulai dari proses tanam sampai waktu panen. “Contohnya saat pemberian pupuk, sensor berbasis IoT akan memberikan informasi yang sesuai,” ungkap pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Jakarta Smart City ini. 

Sementara pada off-farm alias pasca panen, teknologi digital akan dimanfaatkan untuk membantu distribusi. “Jadi setelah panen melimpah, tugas selanjutnya adalah bagaimana memasarkannya,” tambah Setiaji.

Pemprov Jabar sendiri akan menjadi fasilitator program Petani Milenial ini. Salah satunya dengan menyediakan lahan minimal 1 hektar yang berasal dari lahan milik Pemprov Jabar. “Sistem kerjasamanya bisa pinjam pakai atau bentuk kerjasama lain,” ungkap Setiaji. Pemprov Jabar juga akan menyiapkan ekosistem pendukung, mulai dari penyedia benih, distribusi pupuk, sampai institusi yang siap menyerap hasil panen.  “Jadi petani muda ini bisa langsung berkolaborasi,” tambah Setiaji.