Find Us On Social Media :

Shox Rumahan: E-commerce Penyedia Kebutuhan Rumah yang Targetkan Komunitas Perdesaan

By Rafki Fachrizal, Rabu, 21 Juli 2021 | 17:15 WIB

Ertan Sonat Yalcinkay (Founder Shox Rumahan) dan Vyani Manao (Co-founder Shox Rumahan)

Industri e-commerce di Indonesia terus menggeliat. Banyak investor melirik sektor e-commerce untuk menarik konsumen. Investasi di sektor e-commerce memang menjanjikan karena peluang ekonominya sangat besar.

Jeli melihat peluang, Ertan Sonat Yalcinkaya mendirikan startup e-commerce penyedia peralatan rumah tangga bernama Shox Rumahan.

Dalam membangun marketplace tersebut, pria yang akrab dipanggil Kaya itu bekerja sama dengan rekannya Vyani Manao yang berperan sebagai Co-founder Shox Rumahan. Vyani sendiri adalah pendiri startup Pakde.

Pakde yang merupakan platform penyedia layanan pergudangan kemudian diakuisisi startup pengembang platform agregator logistik bernama Shipper. Akuisisi Pakde berkontribusi pada pertumbuhan Shipper hingga 50 kali lipat.

“Banyak investor di sekitar saya antusias dengan bisnis e-commerce di Indonesia, setelah melihat sektor ini berkembang pesat dalam satu tahun terakhir. Gross Merchandise Value (GMV) naik hampir dua kali lipat, kenaikan valuasi unicorn menunjukkan adanya peluang bisnis yang menjanjikan di sektor e-commerce,” ungkap Ertan Sonat Yalcinkay, Founder Shox Rumahan.

Namun, Kaya menilai aktivitas e-commerce di Indonesia masih terbatas pada kota-kota besar atau tier-1.

Dengan 10,56 juta penduduk, Jakarta kurang dari 5% populasi Indonesia tetapi berkontribusi sekitar 58% dari total pengguna perdagangan elektronik. Pemain e-commerce besar juga menyasar pengguna dari kawasan urban.

Data ini hanya merepresentasikan 10% dari total ritel di Indonesia. Berpengalaman dalam e-commerce Cambrian explosion (ledakan Kambrium) di Cina selama menjadi Head of Global Midea, Kaya memproyeksikan akan ada ledakan pertumbuhan yang sama di Indonesia.

Ia menyebutkan, “Pasar ritel e-commerce Cina 6 kali lipat lebih besar daripada Indonesia dan penetrasi pasar di kota-kota tier-2 lebih didorong oleh social-commerce. Dalam 5-10 tahun mendatang kita akan melihat kemunculan unicorn dari Indonesia yang menyasar pasar kota-kota tier-2 untuk merujuk ke model social-commerce yang sama.”

Data ekosistem logistik menunjukkan 60-70% pengiriman produk e-commerce memiliki tujuan ke kawasan Jabodetabek.

Kaya melihat pasar e-commerce masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh di Indonesia dan pertumbuhan tertinggi didorong oleh 190 juta masyarakat perdesaan dengan lebih dari 130 juta penduduk perdesaan yang tidak memiliki rekening bank dan belum mengenal e-commerce.

Peluang Besar di Pelosok

Lebih dari separuh penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan faktanya belum tersentuh layanan marketplace.