Mengelola 75 rumah sakit di seluruh Indonesia, operator grup rumah sakit BUMN, PT Pertamina Bina Medika IHC menyediakan satu sumber tepercaya untuk informasi medis pasien guna mendorong kualitas perawatan pasien maupun berinovasi layanan.
PT Pertamina Bina Medika, atau lebih dikenal dengan nama Pertamedika, adalah Anak Perusahaan Pertamina yang bertugas mengelola seluruh rumah sakit milik PT Pertamina (Persero). Dan sejak tahun 2016, Pertamedika Indonesia Health Corporation (IHC) juga ditunjuk Pemerintah RI sebagai holding company bagi rumah-rumah sakit di lingkungan Kementerian BUMN. Hingga saat ini, Pertamedika IHC menaungi 75 rumah sakit BUMN yang tersebar di seluruh Indonesia.
Saat konsolidasi ini, Pertamedika IHC melihat adanya tantangan dalam bertukar data dan informasi akibat sistem di rumah-rumah sakit yang dikelolanya belum terintegrasi satu sama lain. Sistem rumah sakit yang terintegrasi sangat diperlukan untuk mendukung operasional pelayanan menjadi lebih baik.
“Oleh karena itu muncul kebutuhan suatu sistem yang terintegrasi, bisa diakses secara online, sistem database terpusat, dan dari sisi information security-nya terjamin sehingga pasien bisa melakukan layanan konsultasi di mana saja (dalam jaringan Rumah Sakit dan Klinik Pertamedika IHC),” ujar Dedy Wijanarko, VP IT Pertamedika IHC. Selain itu, single data ini juga akan memudahkan dokter dalam melakukan proses diagnosis terhadap pasien karena data historis yang sudah tercantum di dalam rekam medis yang terintegrasi.
Dari perspektif TI, Manager Business Demand, IT Architecture, Security & Policy, Sabrul Jamil mengatakan, kebutuhan sistem terintegrasi ini juga terkait dengan sumber daya manusia.
Rumah-rumah sakit yang bergabung di jaringan Pertamedika IHC memiliki sistem, aplikasi, dan database-nya sendiri, serta SDM yang mengelolanya. “Nah, sekarang kita kan bicara holding, bicara satu perusahaan besar, pilihannya adalah apakah kita pertahankan aplikasi yang ada dan cukup tukar menukar data atau membuat aplikasi baru sesuai dengan business requirement. Untuk tinjauan jangka panjang, penggunaan aplikasi single platform akan memudahkan operasional layanan kesehatan di lingkungan PBM IHC. Orang-orang yang me-maintain aplikasi di setiap rumah sakit mungkin 5 tahun lagi sudah pensiun, siapa yang akan meneruskan?” paparnya.
Inilah pertimbangan lain mengapa harus ada satu aplikasi bersama dan terintegrasi. Satu aplikasi bersama akan memudahkan pengelolaan maupun roll out jika nanti ada rumah sakit baru yang bergabung.
Implementasi sistem yang terintegrasi ini juga dilihat Dedy sebagai satu kesempatan dan cara untuk menstandardisasi proses bisnis. “Rumah-rumah sakit ini memiliki uniqueness masing-masing dan jajaran Direksi memandang perlu dilakukan standardisasi,” imbuhnya. Proses bisnis yang terstandardisasi ini pun akan memudahkan korporasi dalam mengukur kinerja seluruh rumah sakit yang ada di dalam jaringannya.
Implementasi Diakselerasi Pandemi
Berbagai hal tersebut mendorong Pertamedika IHC untuk mengembangkan sendiri Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) guna memroses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan rumah sakit. Sistem yang dinamai One Solution System (OSS) ini juga sekaligus menjadi pilar utama bagi transformasi dan inovasi digital Pertamedika IHC.
Meski sebelumnya sudah tercantum dalam agenda transformasi digital perusahaan, Dedy Wijanarko mengatakan, implementasi OSS ini termasuk inisiatif yang dipercepat karena adanya pandemi COVID-19.
“Karena pada saat itu ada kebutuhan terkait dengan bed management yang di sistem sebelumnya belum tersedia,” cerita profesional yang hampir 20 tahun berkarier di bidang TI ini. Dibutuhkan sebuah sistem yang terintegrasi yang memiliki fitur seperti E-Medical Record, Bed Management System, Laboratorium Information System (LIS), Radiology System dan Farmasi secara terintegrasi sehingga memudahkan dalam operasional layanan di Rumah Sakit untuk penanganan pasien COVID-19 dengan mengutamakan patient safety.