Irvan Bachtiar, Manager IT Solution, Pertamedika IHC, menjelaskan, implementasi OSS dimulai di RS Pertamina Jaya (RSPJ) yang dijadikan rumah sakit rujukan COVID-19. Saat itu implementasi difokuskan pada layanan front office. Namun tentu saja OSS di RSPJ ini terus disempurnakan, antara lain dengan pengembangan untuk sistem back office-nya.
“Dan selanjutnya OSS tersebut akan di roll-out dan diimplementasikan di seluruh unit di bawah Pertamedika IHC,” jelas Irvan.
Terintegrasi Internal dan Eksternal
Proses implementasi ini diawali dengan standardisasi proses bisnis layanan kesehatan, baik di sisi di front office maupun back office.
Irvan menjelaskan, langkah selanjutnya adalah melakukan standardisasi master data dan pelatihan terhadap user-user yang ada di unit tersebut. “Lalu kami lakukan uji coba, soft trial sistem bersama dengan user yang sudah kami training, sampai prosesnya sudah clear, sudah jelas prosesnya. Lalu pada saat itu juga kami lakukan roll out untuk ke layanannya,” jelas Irvan mengenai proses implementasi OSS di RSPJ yang dimulai pada bulan Maret 2020 silam dan mulai digunakan pada 1 April 2020.
Proses roll out dari OSS ini ke rumah-rumah sakit lain di jaringan Pertamedika IHC disebut Sabrul Jamil dilakukan secara bertahap. “Karena di rumah sakit selain RSPJ kan ada pasien selain pasien COVID-19 sehingga harus ada penyesuaian proses bisnis. Roll out ini bertahap. Kita akan roll out ke rumah sakit yang secara dengan kriteria proses bisnis, data, dan people-nya paling siap,” jelasnya.
Dalam proses implementasi OSS ini, menurut Dedy, tantangan terbesarnya adalah mensinkronisasikan people, process, dan technology agar dapat seiring sejalan, sehingga visi misi perusahaan pun bisa tercapai. Oleh karena itu, proses digitalisasi semacam ini harus menjadi concern seluruh jajaran manajemen di Pertamedika IHC.
OSS mencakup fitur-fitur untuk layanan standar di rumah sakit, seperti registrasi, layanan rawat jalan, gawat darurat, rawat inap, farmasi dan sebagainya. “Namun mungkin yang membedakan (dengan SIMRS lainnya) adalah electronic medical record (EMR) pasien yang terintegrasi. Kami juga mempunyai sistem yang terstandardisasi sehingga harapannya adalah di manapun pasien berobat, mereka akan mendapatkan kualitas layanan yang sama, walaupun berbeda rumah sakit,” urai Irvan. Sistem ini juga sudah terintegrasi dengan sistem informasi Radiologi dan Laboratorium.
Tidak hanya terkoneksi ke sistem internal, OSS juga sudah terintegrasi dengan sistem milik BPJS untuk urusan klaim, maupun Dinas Kesehatan untuk informasi ketersediaan tempat tidur. “Sekarang kami sedang dalam proses integrasi dengan Kemenkes maupun insurer lainnya,” ujar Irvan.
Inovasi IHC Telemed dan Homecare
Salah satu modul OSS yang dikembangkan pada saat pandemi COVID-19 dimulai adalah aplikasi berbasis mobile, yaitu IHC Telemed (tersedia di Apple Store dan Google Play). Diluncurkan bulan Juni lalu, aplikasi telekonsultasi ini dikembangkan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan, seperti konsultasi dengan dokter dan membeli obat, tanpa harus berkunjung ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
Salah satu layanan yang bisa diperoleh masyarakat melalui aplikasi ini adalah Poliklinik COVID. Layanan konsultasi yang tidak dipungut biaya ini, menurut Dedy, cukup membantu masyarakat terutama saat jumlah kasus COVID-19 sedang mencapai puncak di bulan Juli lalu.