Find Us On Social Media :

Mengintip Peran Digitalisasi pada Distribusi Vaksin Covid-19 dan Pelayanan Rumah Sakit Indonesia

By Fathia Yasmine, Senin, 25 Oktober 2021 | 15:16 WIB

Ilustrasi digitalisasi di bidang kesehatan

“QR Code itulah yang kami gunakan sebagai landasan untuk distribusi vaksin. Sebab, kode tersebut tidak hanya menempel di botol vaksin saja, dus kemasan ecer, hingga boks besar pun memiliki kode serupa. Bahkan, mobil distribusi juga punya QR Code terintegrasi,” jelasnya.

Ayubi menyatakan, dengan bantuan QR Code tersebut, Bio Farma dapat dengan mudah mengetahui jumlah total vaksin dan jenis batch apa yang dikirimkan dari pusat ke lokasi vaksinasi.

Baca Juga: Facebook Luncurkan Fitur Group Effects Berbasis AR untuk Messenger

Mengingat vaksin rentan akan perubahan cuaca, Bio Farma juga mengandalkan bantuan perangkat Internet of Things (IoT) untuk memantau suhu vaksin selama perjalanan.

“Suhu vaksin selama perjalanan nantinya terpantau langsung di command center kami yang ada di Jakarta dan Bandung. Misalkan, selama perjalanan ada error atau kendala, tim operasional bisa segera terjun langsung,” ungkap Ayubi.

Sementara itu, digitalisasi dalam layanan rumah sakit dijelaskan oleh Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Tony Seno Hartono. Ia mengatakan, di masa pandemi rumah sakit mengandalkan layanan telemedisin untuk menjangkau pasien.

Dengan tersedianya layanan tersebut, pasien tidak perlu pergi ke rumah sakit dan berinteraksi dengan banyak orang untuk mendapat konsultasi medis.

Baca Juga: Alibaba Luncurkan Platform Prediksi Cuaca Berbasis Kecerdasan Buatan

“Lewat telemedisin, masyarakat bisa merasakan kemudahan dalam menjangkau fasilitas kesehatan. Tapi aplikasi telemedisin tidak selalu harus dari ujung ke ujung. Bisa saja diterapkan sebagian, misalnya untuk booking jadwal dokter, jadwal ronsen, atau jadwal rawat jalan,” ungkap Tony.

Layanan itu juga melindungi staf dan dokter di rumah sakit dari kemungkinan paparan penyakit dari interaksi tatap muka.

Terkait kepercayaan pasien, Tony mengatakan bahwa 71 persen masyarakat lebih mempercayai layanan telemedisin dari sebuah rumah sakit ketimbang aplikasi layanan kesehatan. Kepercayaan lebih tinggi utamanya datang dari pasien yang sudah menjadi pasien rutin rumah sakit penyedia telemedisin.

 “Masyarakat juga lebih percaya dengan dokter rumah sakit, karena mereka tahu lokasinya,” ujar Tony.