Produktivitas dan efisiensi adalah dua harapan yang disematkan banyak orang pada artificial intelligence (AI). Riset terbaru mengungkapkan bahwa AI dapat mengotomatisasi dua per tiga dari pekerjaan kantor.
Penelitian yang dilakukan firma riset Valoir ini mencatat, AI, robotic process automation (RPA), dan tool serta teknologi serupa sudah hadir sejak beberapa lama. Namun, kehadiran tool AI generatif model bahasa besar (LLM), seperti ChatGPT dan Google Bard, membuat perusahaan dan karyawannya memberikan perhatian lebih besar.
Untuk memahami potensi dampak AI dan automasi terhadap produktivitas, efisiensi, dan pekerjaan, Valoir menyelenggarakan survei terhadap lebih dari 1000 pekerja dari berbagai sektor industri. Untuk memvalidasi data, Valoir juga mewawancarai responden yang merupakan karyawan di bidang keuangan, HR, TI, marketing, operations, sales, dan service.
Inilah temuan-temuan penting dari survei Valoir:
- Automasi sudah berjalan di banyak perusahaan. Para pekerja melaporkan bahwa 20% pekerjaan yang dua tahun lalu dilakukan secara manual kini telah diotomatisasi. Meskipun tingkat automasi bervariasi menurut geografi, pekerjaan, dan industri, hampir semua pekerja telah mengalami automasi dalam dua tahun terakhir. Dalam banyak contoh, platform low-code dan no-code telah memungkinkan pengguna bisnis mengotomatisasi proses pekerjaan mereka. Sementara pendekatan AI tradisional dan rules-based juga telah mendorong automasi.
- AI generatif telah mencapai titik kritis, dengan lebih dari 50% pekerja telah bereksperimen dengan AI generatif, baik di rumah maupun di tempat kerja.
- Pekerja melihat otomatisasi yang signifikan melalui AI generatif dan teknologi lainnya, dengan 40% rata-rata tugas harian siap untuk diotomatisasi.
- Sebagian besar karyawan percaya otomatisasi ini akan mengarah pada penggantian pekerjaan (job replacement), dengan rata-rata pekerja percaya 48% rekan kerja mereka dapat digantikan oleh otomatisasi dalam dua tahun ke depan.
Selanjutnya, Valoir menanyakan kepada para pekerja berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk melakukan 13 tugas-tugas yang berbeda, seperti membaca dan membalas email, mengelola kalender dan membuat jadwal, berbicara di telepon, dan lain-lain.
Penelitian ini mengungkapkan, potensi terbesar untuk melakukan otomatisasi adalah pada tugas-tugas di bidang TI, yaitu sebanyak 48%, diikuti oleh bidang keuangan, operations, customer service, HR, dan pemasaran. Dan jika para karyawan di bidang-bidang itu sepenuhnya memanfaatkan AI untuk automasi, mereka dapat mengotomatisasi rata-rata 40% dari tugas-tugas di hari kerja mereka. Dan artinya, mereka bisa bekerja tiga hari saja dalam satu minggu.
Namun Valoir juga mencatat adanya beberapa faktor yang mempengaruhi realisasi potensi AI untuk automasi:
1. Kebijakan dan budaya perusahaan
Dua hal ini penting dalam implementasi AI untuk automasi pekerjaan kantor. Perusahaan harus dapat menyeimbangkan potensi peningkatan produktivitas karyawan dengan risiko penyalahgunaan atau hasil yang justru berlawanan dari penggunaan AI tersebut. Menurut hasil survei ini, budaya kerja yang menjunjung tinggi otonomi dan tanggung jawab pribadi dapat meraih manfaat lebih besar dari automasi dengan AI.
2. Kesiapan teknologi dan data
Untuk memanfaatkan potensi AI sepenuhnya, perusahaan harus terkoneksi dan membutuhkan sumber data yang andal, serta mempunyai langkah pengamanan (safeguard) untuk memastikan keamanan, privasi, dan etika dalam penggunaan data dengan AI.
3. Faktor manusia
Faktor ketiga yang tak kalah penting tentu saja terkait sumber daya manusia. Menurut Valoir, bakat/kemampuan di bidang teknologi, kemauan untuk bereksperimen, dan kepercayaan diri karyawan akan memengaruhi kemampuan mereka untuk menggunakan AI secara efektif.
Baca juga: Riset: Investasi Cloud dan AI Dorong Peningkatan Kepuasan Pelanggan
Baca juga: Bos Epson Indonesia Ungkap Peran AI hingga Potensi 3D Printing di RI