Find Us On Social Media :

Takut Militer China Kuat, AS Hentikan Pasokan GPU AI Nvidia

By Adam Rizal, Kamis, 19 Oktober 2023 | 09:00 WIB

Chip AI Nvidia H100

Amerika Serikat (AS) akan menghentikan pengiriman semikonduktor canggih berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan Nvidia ke China untuk mengantisipasi penguatan pertahanan militer China dengan teknologi AS.

Kebijakan itu akan berlaku dalam waktu 30 hari ke depan. Sebelumnya, pemerintahan Presiden AS Joe Biden juga membatasi ekspor semikonduktor dan peralatan pembuat chip ke negara-negara seperti Iran dan Rusia.

Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan kebijakan baru ini akan menutup celah dalam peraturan yang dikeluarkan pada bulan Oktober tahun sebelumnya, dan mungkin akan diperbarui setiap tahunnya.

"Kebijakan ini bertujuan untuk membatasi akses China ke teknologi semikonduktor canggih yang dapat mendorong kemajuan AI dan komputer canggih, terutama dalam konteks aplikasi militer," katanya seperti dikutip Reuters.

Meskipun demikian, pemerintah AS menekankan bahwa kebijakan ini tidak dimaksudkan untuk merugikan China secara ekonomi. China masih akan terus mengimpor semikonduktor senilai ratusan miliar dolar dari AS.

Namun, perwakilan kedutaan besar China dengan tegas menentang pembatasan tersebut, mengklaim bahwa langkah-langkah semacam ini yang diterapkan secara sepihak atau dengan kekerasan bertujuan memisahkan diri demi kepentingan politik, melanggar prinsip-prinsip ekonomi pasar dan persaingan yang sehat, serta dapat melemahkan ekonomi global dan peraturan perdagangan.

Sebelum peraturan ini diberlakukan, chip AI Nvidia yang sekarang dilarang dapat dengan mudah dibeli dari vendor di Shenzhen, China. Laporan dari Pusat Keamanan dan Pengembangan Teknologi Universitas Georgetown menunjukkan bahwa sebagian besar dari 97 chip AI yang dibeli oleh militer China selama periode 8 bulan pada tahun 2020 dirancang oleh perusahaan-perusahaan seperti Nvidia, Xilinx, Intel, dan Mikrosemi.

Penggunaan kemampuan AI yang diperkuat oleh superkomputer dan semikonduktor canggih telah membantu meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan logistik dalam konteks militer.

Beli Lewat Pasar Gelap

Ilustrasi Chip AI (Artificial Intelligence)

Nilai impor semikonduktor dari Amerika Serikat (AS) ke China anjlok 14,6 persen selama sembilan bulan pertama tahun 2023. Anjloknya impor dari China itu disebabkan oleh penerapan kebijakan AS yang super ketat.

AS khawatir dengan perkembangan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan China yang berkembang pesat. Ironisnya, kehebatan inovasi AI China saat ini ditunjang dengan pasokan teknologi dari AS.

Menurut laporan Gizmochina, total nilai impor sirkuit terpadu (IC) turun sebesar 19,8 persen atau USD252,9 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.

China pun tidak kehabisan ide karena bisa memborong chip canggih GPU asal AS lewat pasar gelap.

China memborong GPU Nvidia A100 dan H100 lewat jalur ilegal. Selain itu, impor semikonduktor China dari negara-negara utama dalam rantai pasokan semikonduktor seperti Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan juga mengalami penurunan.

Impor China dari Korea Selatan mengalami penurunan yang signifikan sebesar 23 persen. Sedangkan, impor dari Jepang dan Taiwan masing-masing turun sebesar 16,3 persen dan 20 persen.

Para analis saat ini sedang memperhatikan kemungkinan revitalisasi industri ponsel pintar di Tiongkok.

Meskipun ada sanksi dari AS, terdapat harapan bahwa peluncuran ponsel 5G baru oleh Huawei Technologies dapat memberikan dorongan positif bagi industri yang mengalami penurunan dalam aktivitas manufaktur, memberikan sedikit cahaya di tengah tantangan yang ada.

Rela Gaji Besar

Ilustrasi artificial intelligence (AI)

Platform rekrutmen Liepin di China mengungkapkan lulusan universitas di China memilih bekerja di industri artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan karena menawarkan gaji yang besar.

Lapangan pekerjaan berbasis AI menawarkan gaji rata-rata sekitar USD2600 atau sekitar Rp41 juta per bulan, naik 40 persen dalam tiga tahun terakhir.

Faktor yang membuat gaji bekerja di industri AI besar adalah tingginya permintaan akan keterampilan AI generatif, yang dipicu oleh persaingan untuk mengembangkan layanan serupa dengan ChatGPT.

Selain AI, posisi yang berhubungan dengan blockchain juga muncul sebagai salah satu pilihan yang paling menguntungkan, diikuti oleh posisi dalam sektor perawatan lansia, penerbangan, peralatan luar angkasa, dan perangkat komunikasi, semuanya menawarkan gaji yang bersaing, berkisar antara USD2000 (sekitar Rp32 juta) hingga USD2300 (sekitar Rp36 juta).

Laporan ini menyoroti persaingan sengit dalam merekrut talenta nasional, terutama di kota-kota seperti Xian dan Hefei, yang semakin meningkatkan investasi mereka di sektor teknologi.

Gaji menjadi alat penting dalam usaha kota-kota ini untuk menarik lulusan, dan lulusan menjadi pusat perhatian bagi upaya mereka dalam mengembangkan kekuatan kerja.

Bidang teknologi informasi, internet, dan video game masih tetap populer di kalangan lulusan, meskipun ada pergeseran minat ke arah pekerjaan di bidang elektronik, telekomunikasi, dan semikonduktor, yang terlihat dari hampir dua kali lipatnya jumlah CV yang dikirimkan dibandingkan tahun 2021.

Meskipun rata-rata gaji lulusan universitas pada tahun 2023 mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan tersebut lebih disebabkan oleh ketidakpastian dalam ekonomi makro.

Namun, gaji yang masih diterima oleh lulusan melampaui gaji pada tahun 2021, menunjukkan ketahanan pasar kerja secara keseluruhan di tengah tantangan ekonomi.

Ketika melihat kota-kota, Beijing memimpin dengan gaji rata-rata tertinggi sekitar $1.800 (sekitar Rp28 juta) per bulan, diikuti oleh Shanghai, Shenzhen, dan Hangzhou, yang merupakan markas bagi perusahaan teknologi besar seperti Baidu dan Meituan.

Hal ini mencerminkan konsentrasi peluang kerja dengan gaji tinggi di pusat-pusat kota besar.

Perkembangan pesat dalam sektor AI dan blockchain mencerminkan tren global, meskipun mereka juga membawa tantangan, termasuk pergeseran dalam jenis pekerjaan dan pertimbangan etika yang relevan.

Regulasi Ketat

Ilustrasi artificial intelligence (AI)

Baru-baru ini pemerintah China merilis regulasi untuk mengawasi peredaran dan penggunaan layanan chatbot artificial intelligence (AI) generatif. Namun, beberapa pihak menilai regulasi pengawasan itu menghambat inovasi.

Komite Teknis Standardisasi Keamanan Informasi Nasional, sebuah badan yang memiliki kewenangan dalam menetapkan standar keamanan teknologi informasi mengungkap regulasi pengawasan AI itu fokus pada dua aspek utama yaitu perlindungan data pelatihan dan pengaturan large language model (LLM) yang digunakan dalam layanan AI generatif.

"Panduan ini mewajibkan para pengembang AI untuk menggunakan data resmi dalam proses pelatihan AI dan harus menjalani prosedur pemeriksaan keamanan untuk mencegah pelanggaran data dan hak cipta. Tujuannnya untuk memastikan kualitas dan legalitas data yang digunakan dalam algoritma AI," tulis regulasi tersebut seperti dikutip Gizmochina.

Panduan itu juga mengacu pada konsep "sistem daftar hitam" yang bertujuan untuk menghalangi penggunaan materi pelatihan yang mengandung lebih dari 5% konten ilegal atau berbahaya, sesuai dengan undang-undang keamanan siber negara.

Meskipun regulasi itu dirancang untuk memastikan bahwa layanan AI menghasilkan konten yang bertanggung jawab dan legal, langkah ini juga memunculkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap inovasi dan kebebasan berpendapat.

Regulasi itu menyarankan bahwa teknologi algoritma AI harus berdasarkan pada model yang diajukan dan disahkan oleh otoritas yang berwenang.

Hal ini dapat membatasi ruang lingkup eksperimen dan inovasi para pengembang, yang pada gilirannya dapat menghambat perkembangan teknologi dengan berbagai aplikasi.

Selain itu, regulasi AI itu juga menambahkan lapisan baru dalam pengawasan pemerintah. Ada kekhawatiran bahwa model AI dapat digunakan untuk menyebarkan narasi tertentu, seperti yang terlihat ketika chatbot China memberikan berbagai respon terkait status Taiwan selama uji coba internal, bahkan ada yang menolak untuk merespons dan mengakhiri percakapan.

Di Indonesia, belum ada regulasi yang mengatur penggunaan AI, sementara beberapa negara lain telah menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap perkembangan teknologi ini.

Bikin Superkomputer

Ilustrasi persaingan artificial intelligence (AI) antara AS vs China

Pemerintah China akan meningkatkan daya saing komputasi secara signifikan sebagai bagian dari upaya mereka untuk memperkuat fokus pada inovasi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Strategi China itu memanaskan persaingan antara China dan Amerika Serikat (AS) dalam berbagai sektor teknologi tinggi, termasuk semikonduktor, superkomputer, dan AI.

China menargetkan kemampuan daya komputasinya mencapai 300 EFLOPS pada 2025. EFLOPS adalah singkatan dari exaFLOPS yang merupakan adalah unit pengukuran yang digunakan dalam komputasi super tingkat tinggi, menggambarkan seberapa cepat komputer dapat melakukan perhitungan matematika dalam satu detik.

Satu EFLOPS setara dengan satu quintillion (10^18) operasi titik mengambang per detik. Hal itu adalah angka yang sangat besar dan menggambarkan sejauh mana komputer dapat melakukan perhitungan matematika dalam waktu satu detik.

Kinerja superkomputer yang diukur dalam EFLOPS digunakan dalam berbagai aplikasi yang membutuhkan pemrosesan data sangat cepat, termasuk simulasi iklim, penelitian ilmiah, pengembangan obat, dan penelitian nuklir.

Menurut MIIT, Saat ini kemampuan komputasi China telah mencapai 197 EFLOPS pada tahun ini, naik dari 180 EFLOPS pada tahun 2022, menjadikannya peringkat kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Selain meningkatkan daya komputasi, China juga berencana membangun lebih banyak pusat data di seluruh negeri untuk memfasilitasi akses bisnis ke daya komputasi.

Demi mendukung pertumbuhan industri kecerdasan buatan yang pesat, Beijing juga akan memperkuat infrastruktur komputasi di wilayah barat Tiongkok.

Provinsi-provinsi yang luas tetapi jarang dihuni di Tiongkok, seperti Guizhou di barat daya, telah lama dianggap sebagai tempat yang cocok untuk mendirikan pusat data besar untuk mendukung layanan internet di seluruh negeri.

Selain itu, China akan meningkatkan kecepatan dan efisiensi jaringan komputasi, dengan tujuan memastikan bahwa latensi antara fasilitas komputasi kritis tidak melebihi 5 milidetik.

Super komputer dengan kinerja EFLOPS digunakan untuk berbagai aplikasi yang memerlukan pemrosesan data yang sangat cepat, seperti simulasi iklim, penelitian ilmiah kompleks, pengembangan obat, penelitian nuklir, dan banyak lagi.

Semakin tinggi kinerja superkomputer (dinyatakan dalam EFLOPS), semakin cepat mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Baca Juga: Kalahkan Photoshop, Adobe Bakal Hadirkan Pengeditan Foto Berbasis AI

Baca Juga: Profesional dengan Keterampilan ChatGPT Banyak Dicari di Indonesia

Baca Juga: Tak Hanya ChatGPT, Ini Tools AI untuk Membantu Pekerjaan Periset

Baca Juga: Profesi ini Bakal Lenyap Digantikan Teknologi AI, Adakah Profesimu?