Tak hanya di Facebook, hoaks juga lancar tersebar melalui anak perusahaanya, WhatsApp sehingga beberapa negara berkembang meminta WhatsApp untuk membantu penangkalan pesan berantai berisi hoaks.
"Untuk pemilu, saya tanpa ragu mengatakan bahwa kami telah bekerja keras untuk menunjukan bahwa alat Facebook bisa memberikan kontribusi positif untuk demokrasi kita yang berkualitas," jelas Nick Clegg, Head of Global Affairs and Communications Facebook, yang juga pernah menjabat sebagai Wakil perdana Menteri Inggris.
"Namun ada banyak skeptimisme yang dihadapi Facebook sebagai perusahaan dan sebagai sebuah industri mengenai sesuatu yang sangat fundamental, yakni peran data pribadi di ekonomi internet," imbuh Clegg seperti dilansir CNET.
Sebagai jejaring sosial yang masih sangat mendominasi dunia, Facebook memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap isu politik.
Facebook telah menyadari hal tersebut dan merilis database iklan politik di Eropa, India, Ukraina, dan Israel jelang pemilu yang akan diselenggarakan negara-negara tersebut.
Rencananya, Facebook akan meluncurkan database iklan politik di seluruh dunia pada akhir Juni mendatang. Tahun lalu, Facebook mulai memberlakukan kebijakan khusus untuk iklan bernuansa politik di Amerika Serikat.
Bagi para pengiklan politik atau isu nasional penting lainnya di Negeri Paman Sam, diharuskan untuk memverifikasi identitas dan lokasi mereka. Mereka juga harus mencantumkan siapa yang membayar iklan tersebut dan menyimpan data tersebut di database publik selama tujuh tahun.
Facebook kemudian memperluas kebijakan ini ke negarai lain di luar AS. Kebijakan ini bukan tanpa celah. Sebagian pengiklan mengeluh jika iklan mereka disalah kategorikan sebagai iklan politik.
Ada pula yang menemukan bahwa sistem ini lemah dan mudah bobol. Seperti yang pernah dicoba oleh media daring Vice dan Business Insider, di mana sistem iklan Facebook meloloskan mereka meski mencantumkan ISIS dan 100 senator di AS sebagai donatur iklan palsu.
Tantangan
Pembentukan Dewan Eksternal Facebook juga masih diprotes soal unggahan mana yang layak dihapus dan mana yang bukan.
Seperti kasus di saat orang-orang mulai membandingkan ditariknya foto perang Vietnam yang ikonik, tapi foto bermuatan pornografi masih beredar di platform tersebut.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR