Salah satu tantangan mengelola candi di Indonesia adalah menyeimbangkan jumlah wisatawan dengan usaha pelestarian. Di satu sisi, candi memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang layak menjadi sarana pembelajaran masyarakat Indonesia. Namun di sisi lain, usia candi yang telah tua menuntut usaha antisipatif untuk menjaga kelestariannya, termasuk dengan membatasi jumlah pengunjung.
Salah satu inovasi yang bisa menjawab masalah tersebut adalah mendirikan museum digital di sekitar candi. Museum digital ini memungkinkan pengunjung mempelajari kekayaan sejarah candi secara digital tanpa harus membebani candi secara fisik. Pengunjung bahkan bisa diajak berkunjung secara virtual ke puncak candi melalui teknologi augmented reality.
Inovasi museum digital inilah yang sedang dibuat Telkomsigma, anak perusahaan dari Telkom Group. Inovasi ini menjadi menarik karena Telkomsigma selama ini lebih dikenal sebagai penyedia infrastruktur data center dan cloud computing. Namun seperti diungkap Sihmirmo Adi (President Director Telkomsigma), inovasi ini adalah bagian dari transformasi yang kini dilakukan Telkomsigma.
“Kami ingin mengembangkan layanan kami ke portofolio yang dinamakan The New Sigma DNA,” ungkap pria yang akrab dipanggil Mirmo ini.
Kembangkan Area Baru
Secara prinsip, The New Sigma DNA adalah usaha pengembangan bisnis Telkomsigma untuk menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini dicapai dengan memperkuat bisnis inti (core business) sembari mengembangkan layanan ke area baru.
Bisnis inti Telkomsigma sendiri masih berkisar di data center, cloud computing, dan digital banking solution. Di area ini, Mirmo melihat Telkomsigma sudah memiliki pondasi bagus. “Saat ini semua data center kami sudah mengantongi sertifikasi Tier 3 dari Uptime Institute, baik dari sisi Design, Facility, maupun Operation,” ungkap Mirmo menggambarkan kesiapan infrastruktur Telkomsigma. Beberapa data center Telkomsigma bahkan sudah memiliki sertifikat tertinggi Tier 4 Facility.
Sementara di sisi core banking, Solusi SATU dan AlphaBITS saat ini sudah memiliki penetrasi bagus di industri perbankan multi segmen. Termasuk berbagai aplikasi keuangan yang menyasar micro banking dan financial industry. “Sementara untuk cloud service, kami sudah memiliki expertise mengelola cloud internal Telkom sejak tahun 2012,” tambah pria lulusan Institut Teknologi Surabaya itu.
Ketika bisnis inti sudah kuat, Telkomsigma pun mulai mengembangkan portofolionya ke area lain. Area baru itu adalah information security, IoT-smart city, digital experience, dan big data.
Jika ditilik, area pengembangan ini sebenarnya masih terkait operasional Telkomsigma selama ini. Contohnya di area information security, Telkomsigma adalah operator Security Operation Center (SOC) Telkom sejak tahun 2014. Dari pengalaman panjang itu, tim Telkomsigma tidak cuma memahami soal teknologi, namun juga memiliki expertise mendalam terkait pengamanan jaringan. “Jadi kami memiliki ahli yang telah mengantongi sertifikat di bidang computer forensic, incident handler, dan area IT security lainnya,” tambah Mirmo.
Sementara untuk digital experience, Telkomsigma ingin menyediakan solusi yang membantu perusahaan meningkatkan pelayanan melalui teknologi digital. Seperti contoh di atas, Telkomsigma juga hendak mengembangkan platform digital untuk melestarikan situs wisata bersejarah melalui pengalaman digital yang futuristik.
Selain museum digital, Telkomsigma juga akan mengembangkan apps untuk berbagai taman wisata di Indonesia. Apps itu akan memberikan kemudahan untuk pembelian tiket wisata, pemesanan hotel, transportasi, maupun informasi terkait atraksi dan hiburan di suatu tempat wisata.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR