Angkat tema From Here to Anywhere, konferensi Red Hat Summit 2020 menawarkan solusi untuk bersiap menghadapi the new normal pasca pandemi global.
Digelar secara virtual, Red Hat Summit 2020 sukses menghadirkan 80.000 peserta dan menyajikan beberapa peningkatan serta penawaran baru produk-produk Red Hat.
Pandemi COVID-19 telah memaksa beberapa vendor teknologi mengubah format acara konferensi yang biasanya digelar setiap tahun. Tak terkecuali Red Hat, pionir teknologi open source untuk enterprise, harus mengubah format acara tahunan Red Hat Summit 2020 ke format konferensi virtual.
Namun acara yang menginjak tahun ke-16 penyelenggaraannya ini malah bisa menghadirkan jauh lebih banyak peserta. "Kalau acara in person yang hadir mungkin 7000-8000 attendees saja, tapi dalam acara virtual kemarin kami berhasil mendapatkan 80.000 participant atau attendees. Jadi keuntungannya adalah skala yang bisa dijangkau oleh acara ini menjadi jauh lebih banyak," jelas Rully Moulany, Director & Regional Manager, Indonesia & ASEAN Growth Economies, Red Hat.
Tema Red Hat Summit 2020, "From Here to Anywhere", yang sudah dicanangkan jauh-jauh hari pun ternyata sangat beresonansi dengan pandemi saat ini. "Dengan open source kemungkinannya menjadi tidak terbatas apalagi di area teknologi yang perubahannya sangat cepat. Dan tema 'From Here to Anywhere menjadi sangat relevan karena kita tidak tahu ke depannya akan seperti apa," imbuh Rully. Dan langkah yang tepat dilakukan para pelanggan Red Hat maupun perusahaan secara umum saat ini, menurut Rully, adalah membangun fondasi yang tepat sehingga perusahaan akan dapat menjawab tantangan yang akan datang dengan lincah.
Dari beberapa pengumuman yang dirilis Red Hat di ajang tahunannya itu, ada tiga yang digarisbawahi oleh Rully Moulany.
1.Virtualisasi OpenShift
Fitur baru yang berasal dari proyek open source KubeVirt ini tersedia sebagai Technology Preview dalam Red Hat OpenShift. Dengan fitur ini perusahaan dapat mengembangkan, mengerahkan, dan mengelola aplikasi-aplikasi yang berjalan pada mesin virtual (VM), container dan serverless dalam satu platform modern yang menyatukan beban kerja cloud-native dan tradisional. Sementara beberapa vendor berusaha untuk melindungi technology stack legacy dengan membawa Kubernetes dan fungsi cloud-native dengan bergerak mundur untuk menjaga virtualisasi proprietary. Red Hat melakukan yang sebaliknya: Membawa aplikasi tradisional maju ke dalam lapisan inovasi terbuka, yang memungkinkan pelanggan untuk benar-benar bertransformasi sesuai kecepatan mereka, tidak dibatasi oleh keadaan lock-in yang disebabkan oleh teknologi proprietary tersebut.
"Jadi yang kami lakukan adalah membangun teknologi virtualisasi yang sudah cukup lama itu ke area cloud yang baru. Kami membawa virtualisasi ke era yang lebih kekinian, yaitu containerization," jelas Rully.
2.Red Hat OpenShift 4.4
Merupakan versi terbaru dari platform Kubernetes enterprise terkemuka di industri, yang dibangun berbasis kesederhanaan dan skala Operator Kubernetes. Dibangun ulang pada Kubernetes 1.17, OpenShift 4.4 memperkenalkan tampilan metrik platform yang berpusat pada pengembang dan pemantauan untuk beban kerja aplikasi; integrasi pemantauan untuk Operator Red Hat; manajemen biaya untuk menilai sumber daya dan biaya yang digunakan untuk aplikasi spesifik di cloud hybrid; dan banyak lagi.
3.Red Hat Advanced Cluster Management untuk Kubernetes
Solusi manajemen baru ini dihadirkan Red Hat untuk mengatasi tantangan manajemen dalam menjalankan aplikasi cloud-native lintas klaster Kubernetes skala besar, produksi dan terdistribusi. Solusi ini segera tersedia sebagai Technology Preview, menyediakan titik kontrol tunggal yang disederhanakan untuk pemantauan dan deployment klaster OpenShift dalam skala besar, yang menawarkan tata kelola berbasis kebijakan dan manajemen life cycle aplikasi.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR