Pandemi Covid-19 telah menjadi hantaman yang begitu keras bagi bisnis berbagai industri atau sektor di seluruh dunia.
Selain tantangan bisnis, ancaman cybersecurity (keamanan siber) di situasi ini juga semakin tinggi dalam menargetkan para pelaku industri atau sektor.
Seperti salah satunya sektor UKM (Usaha Kecil dan Menengah). Di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sektor ini diibaratkan sebagai tulang punggung perekonomian dan memberikan kesempatan lapangan pekerjaan yang cukup tinggi.
Eugene Kaspersky selaku CEO Kaspersky mengatakan bahwa riset yang dilakukan perusahaan keamanan siber yang didirikannya tersebut menemukan adanya peningkatan serangan siber terhadap UKM selama pandemi.
“Data kami menunjukkan bahwa sektor ini mengalami peningkatan sebanyak lebih dari 50% dalam upaya phishing di kuartal pertama, Indonesia bahkan menempati urutan pertama di Asia Tenggara dengan sebanyak 192,591 upaya phishing diblokir. Tidak hanya phishing saja, ancaman seperti ransomware, miners dan lainnya juga turut mengikuti. Sehingga terlepas dari beberapa kegiatan yang terhenti selama pandemi, nyatanya tidak demikian dengan para penjahat siber,” jelas Eugene kepada InfoKomputer.
Di saat pandemi, baik para pelaku UKM maupun perusahaan/organisasi dari berbagai industri atau sektor lainnya semakin memanfaatkan teknologi seperti penyimpanan cloud, konferensi video, pesan instan dan layanan berbagi file.
Sayangnya, mereka sering kali lengah untuk memeriksa seberapa aman layanan yang digunakan, termasuk apakah data yang dipertukarkan melalui saluran teknologi tersebut dilindungi dengan benar.
“Konsekuensinya bisa jauh lebih serius daripada waktu dan upaya yang diperlukan untuk melihat masalah keamanan siber dan tanggung jawab pihak-pihak yang baru dlibatkan sebelumnya. Oleh karena itu, bisnis diharapkan selalu membuka mata untuk selalu mewaspadai kemungkinan upaya penargetan ancaman, dan usaha kolektif diperlukan, sehingga semua lapisan memahami pentingnya keamanan holistik bagi keberlangsungan bisnis,” papar Eugene.
Baca Juga: Empat Tips Bagi UKM untuk Cegah Ancaman Phishing Pasca Lockdown
Langkah Kaspersky dalam Menghadapi Situasi Pandemi
Seperti diketahui, Kaspersky merupakan salah satu perusahaan keamanan siber terkemuka yang berasal dari Rusia.
Hingga saat ini, perusahaan mengaku sudah memiliki lebih dari 4.000 karyawan yang tersebar di seluruh dunia.
Dengan situasi pandemi yang terjadi sejak beberapa bulan lalu, Eugene pun menerangkan bahwa Kaspersky telah hampir sepenuhnya menerapkan kebijakan bekerja dari rumah alias Work From Home (WFH) untuk para karyawannya.
Kebijakan itu diberlakukan sejak akhir Maret lalu dan perusahaan berencana untuk terus melakukannya.
“Sejujurnya, tidak ada yang berubah dalam hal apa yang kami lakukan; hanya di mana kami melakukannya telah berubah. Tentunya kami membutuhkan waktu untuk menyesuaikan dan mengatur semua proses bisnis dan teknologi. Tapi semuanya kembali berfungsi seperti biasa dengan sangat cepat. Kami masih memerangi para penjahat dunia maya, produk kami di seluruh dunia baik di rumah maupun di komputer perusahaan menyediakan perlindungan sepanjang waktu seperti biasa dan pembaruan dikirimkan secara teratur seperti biasa. Dengan kata lain - ini adalah perjalanan bisnis layaknya hari-hari sebelumnya, perbedaannya hanya dilakukan dari rumah,” ungkap Eugene.
Berbicara mengenai WFH, Eugene menjelaskan bahwa kebijakan yang banyak diterapkan perusahaan di dunia itu telah menyebabkan peningkatan serangan jaringan, di mana para pelaku kejahatan siber telah menempatkan fokus besar pada penargetan pekerja jarak jauh (WFH).
Menurutnya, penting bagi perusahaan untuk memberikan langkah-langkah keamanan TI kepada staf mereka yang menerapkan WFH.
“Saya sarankan bekerja melalui server VPN perusahaan, menerapkan kebijakan keamanan perusahaan dan menindaklanjuti penegakan kebijakan tersebut. Sehingga perusahaan akan memiliki karyawan yang bekerja dari rumah, tetapi tetap berada dalam 'batas keamanan',” imbuh Eugene.
Sedangkan bagi wiraswasta atau bekerja untuk usaha kecil (UKM) yang tidak mampu memberikan perlindungan berskala perusahaan untuk bisnisnya, Eugene menilai solusi keamanan seperti antivirus adalah suatu keharusan.
Di sisi lain, semua bisnis tidak bisa menyangkal bahwa ekonomi saat ini sedang dalam perjalanan bak rollercoaster dan semua bisnis akan mengalami resesi yang sulit ini.
Eugene pun yakin bahwa industri keamanan siber juga akan terpengaruh dengan satu atau lain hal.
“Tetapi, yang saya juga tahu pasti bahwa solusi keamanan telah menjadi kebutuhan penting. Keselamatan dan keberhasilan operasi bisnis, layanan pemerintah, infrastruktur kritis kita bergantung pada keamanan siber. Dan juga jangan lupakan privasi kita. Jadi saya yakin industri keamanan siber tidak akan memasuki spiral ke bawah dalam waktu dekat, itu akan sangat penting dalam normal baru ini. Ini adalah beban kerja tambahan untuk industri keamanan siber, tetapi saya yakin kita dapat menghadapinya dengan baik,” ujar Eugene.
Baca Juga: Kaspersky: Tips Sebelum, Saat dan Sesudah Terkena Serangan Ransomware
From Cybersecurity to Cyber Immunity
Diketahui, saat ini Kaspersky sedang mengerjakan konsep baru berupa keselamatan: kekebalan dunia maya (safety: cyber immunity).
Eugene percaya bahwa konsep tersebut adalah masa depan industri keamanan siber. “Alih-alih melindungi perangkat keras dan perangkat lunak, kami menyarankan agar kedua perangkat tersebut telah aman dan nyaman sejak saat dirancang,” cetus Eugene.
Menurutnya, semua hal yang terhubung harus dirancang dari bawah ke atas dengan arsitektur microkernel yang aman dan lapisan keamanan yang mengisolasi seluruh modul perangkat untuk membatasi peretasan.
Saat ini, Kaspersky telah membangun dan menghidupkan konsep ini untuk lingkungan IoT (Internet of Things). Ini diimplementasikan melalui penggunaan Kaspersky OS untuk perangkat terhubung yang tertanam.
Diakui Kaspersky bahwa transisi ini bukanlah proses yang cepat. Kaspersky sedang berada pada tahap awal implementasi ini – dan sistem tersebut sudah siap untuk IoT.
“Kami secara aktif membangun ekosistem di sekitar OS kami untuk menarik sebanyak mungkin perusahaan dalam mengembangkan perangkat mereka pada platform cyber immune (kekebalan siber) kami,” tutur Eugene.
“Tujuan kami dalam waktu dekat adalah pengembangan ekosistem perusahaan, membangun sistem pelatihan untuk pengembang dan memotivasi mereka untuk bekerja di platform kekebalan siber ini. Tetap bergerak perlahan tapi pasti, dan rencana jangka menengah kami termasuk memperluas fungsi OS yang telah dimiliki,” tambahnya lagi.
Baca Juga: Indonesia Duduki Peringkat Ketiga Terhadap Ancaman Cryptojacking
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR