Ketika membahas keberlangsungan usaha, terdapat dua pondasi penting yang perlu diperhatikan, yaitu rencana bisnis dan teknologi Informasi (TI). Namun, ketika dihadapkan pada pilihan investasi, perusahaan tak jarang kebingungan memilihnya.
Sebab, rencana bisnis merupakan penggerak ekonomi perusahaan, tetapi di sisi lain TI yang mumpuni menjadi kewajiban. Apalagi di tengah digitalisasi yang kian masif dilakukan banyak kompetitor.
Untuk menjawab tantangan ini, perusahaan perlu berpikir secara strategis dengan mengubah cara pandang terhadap keuangan perusahaan.
Salah satunya dengan mengubah alokasi biaya yang biasa digunakan, terutama untuk infrastruktur TI. Ketimbang berhemat dengan investasi di awal (Capex) untuk on-premises, Anda dapat mengalihkan kebutuhan TI ini lewat biaya operasional (Opex).
Baca Juga: Sebelas Tahun Tokopedia Menghadirkan Inovasi Digital di Tanah Air
Melalui Webinar New Normal: The Era of Consumption-Based IT Model pada Rabu, (2/9/2020), Pakar TI Richard Kartawijaya mengungkapkan jika investasi capex tidak lagi menguntungkan layaknya tahun 90-an.
Hal ini tentu masuk akal, mengingat perangkat TI seperti server tak jarang memiliki masa end of life yang singkat, sehingga investasi jangka panjang bukanlah hal yang tepat. Ia menambahkan jika keuangan perusahaan akan lebih baik diinvestasikan pada kebutuhan bisnis hingga 80 persen.
“Zaman dulu, orang berinvestasi besar pada TI, karena mereka perlu. Sekarang, invest besar di TI maka nilainya bisa terus menyusut hingga akhirnya hilang,” ujar Richard.
Langkah ini bahkan mulai banyak dipertimbangkan oleh perusahaan besar di Indonesia. Richard mencontohkan jika salah satu perusahaan pertambangan mampu menekan biaya TI dengan metode berlangganan.
Baca Juga: Samsung Makin Tertinggal, Siapakah Penguasa Pasar Hape di Indonesia?
“Dengan memindahkan investasi di depan menjadi biaya operasional, perusahaan justru semakin untung. Apalagi metode layanan masa kini seperti cloud hingga on premises, justru lebih murah dan praktis,” kata Richard.
Namun, Richard menambahkan jika menggunakan layanan on-premises tetap perlu diperhatikan biayanya. Sebab tak jarang penyedia menerapkan sistem bundling yang akhirnya memakan biaya sama besarnya dengan investasi.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR