Selama masa pandemi COVID-19, banyak masyarakat Indonesia yang menghabiskan waktu di rumah dan bergantung pada aplikasi mobile untuk mendukung aktivitas sehari-hari mereka.
Mulai dari aplikasi di kategori rapat virtual, belajar online, kesehatan, hingga games pun akhirnya mengalami peningkatan jumlah instalasi pengguna yang drastis.
Terkait dengan aplikasi mobile, baru-baru AppsFlyer merilis laporan bertajuk “Marketing Aplikasi Indonesia Edisi 2020”.
Laporan tersebut menyajikan informasi terkait instalasi aplikasi mobile dan karakteristiknya di Indonesia mulai dari bulan Januari hingga September 2020, yang merupakan masa-masa pandemi.
Beberapa temuan utama dalam laporan ini menunjukkan pertumbuhan nilai ekonomi aplikasi mobile yang signifikan di Indonesia terutama dalam hal installs, in-app spend, user retention, dan marketing.
Laporan Marketing Aplikasi Indonesia Edisi 2020 tersebut menganalisis 813 juta instalasi yang tercatat di Indonesia pada Januari - September 2020, termasuk 16 miliar sesi pembukaan aplikasi, dan 460 juta konversi dari proses remarketing.
Laporan ini juga meliputi sedikitnya 2.250 aplikasi dengan angka 1.000 penginstalan Non-Organik (NOI) per bulan.
Diketahui, pandemi COVID-19 telah memberi dampak signifikan terhadap pengunduhan aplikasi dan game di Indonesia, yang membuat tahun 2020 menjadi tahun yang sangat penting untuk Instalasi Non-Organik di seluruh kategori aplikasi utama, dengan keseluruhan Instalasi Non-Organik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Kategori hiburan dan makanan & minuman juga menjadi favorit dengan peningkatan masing-masing yang mencapai sebesar 340% dan 180%.
Instalasi aplikasi organik pun mengalami pertumbuhan tinggi di kategori keuangan (+241%), hiburan (+72%), pendidikan (+33%), dan belanja (+29%) dalam kurun periode yang sama.
Instalasi aplikasi ini secara umum mencapai puncaknya pada bulan Maret 2020, sebelum status darurat karena pandemi pada 31 Maret 2020.
“Peningkatan instalasi aplikasi mobile yang signifikan tahun ini telah menunjukkan kekuatan dan matangnya lanskap mobile commerce di Indonesia, yang telah menjadi salah satu negara dengan digitalisasi tercepat di dunia,” ujar President dan Managing Director untuk APAC, AppsFlyer, Ronen Mense.
“Masyarakat Indonesia sudah terbiasa melakukan transaksi belanja dengan perangkat seluler mereka, baik untuk kategori seperti keuangan, hiburan, makanan & minuman serta belanja, terutama ketika pandemi terjadi,” tambah Mense.
Dengan instalasi aplikasi yang bertumbuh, laporan ini menunjukan tingkat retensi yang sedikit lebih rendah karena konsumen memiliki akses terhadap pilihan yang bervariasi.
Tingkat retensi selama 30 hari pada tahun 2020 turun menjadi 3% dari 4% tahun lalu, bersamaan dengan meningkatnya jumlah instalasi aplikasi secara keseluruhan.
Baca Juga: AppsFlyer: Pemasaran Online di Aplikasi TikTok Alami Pertumbuhan Pesat
Di sisi lain, bagi marketer (pemasar) di perusahaan, situasi pandemi saat ini tentunya mendorong mereka untuk fokus pada remarketing demi meningkatkan atau mempertahankan pendapatan di dalam lanskap aplikasi mobile yang sangat padat.
“Selama beberapa bulan ke depan, para marketer perlu untuk memahami dampak dari remarketing terhadap akuisisi dan retensi user. Sehubungan dengan pembatasan sosial yang mulai dilonggarkan dan ekonomi secara bertahap mulai bangkit kembali, periode liburan akhir tahun akan memainkan peran penting dalam instalasi aplikasi dan memunculkan persaingan sengit,” jelas Mense.
Lebih lanjut, laporan ini juga menyoroti beberapa hal menarik tentang pola kebiasaan masyarakat mobile Indonesia, di antaranya:
Baca Juga: Pandemi, Aplikasi SHAREit Raih No.1 untuk Pertumbuhan Tertinggi
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR