Setelah terhubung dengan infrastruktur global AWS melalui Edge Location, Indonesia akan segera menjadi lokasi bagi salah satu Region terbaru milik penyedia layanan cloud global Amazon Web Services (AWS). Begini gambaran tentang Jakarta Region AWS dan bagaimana pelanggan Indonesia memanfaatkan cloud.
Dijanjikan beroperasi akhir tahun ini atau awal 2022, Jakarta Region adalah satu dari enam Region terbaru AWS. Saat ini AWS sudah memiliki dan mengoperasikan 25 Region yang membawahi sebanyak 81 Availability Zone di seluruh dunia.
Region, AZ, dan Jaringan
Jakarta Region akan ditopang oleh tiga Availability Zone (AZ). Dan setiap AZ umumnya akan terdiri atas satu atau beberapa data center yang memiliki redundancy penuh dan terhubung melalui koneksi metro fiber yang terisolasi satu sama lain.
Strategi ini tentu berkaitan dengan upaya redundancy untuk menjaga high availability, high scalability, dan high fault tolerance di setiap Region. Sementara data dan aplikasi direplikasi secara real time dan konsisten di tiap AZ.
Head of Solutions Architect, ASEAN, AWS, Paul Chen menjelaskan bahwa jarak antara AZ dirancang sedemikian rupa agar tidak terlalu dekat guna mencegah padamnya ketiga AZ secara bersamaan ketika ada masalah. Namun jarak antara AZ ini juga tidak terlalu jauh sehingga latensi tetap terjaga untuk memastikan replikasi data secara near real time. Masih dalam rangka menjaga ketersediaan, tiap AZ menggunakan sumber daya listrik yang berbeda.
Dari sisi jaringan, tiap AZ tersambung ke backbone infrastruktur global AWS melalui Transit Zone/Center. Link antara AZ dan antara AZ dengan Transit Zone dilayani oleh berbagai jaringan fiber yang terisolasi satu sama lain. Jakarta Region akan didukung oleh dua Transit Center.
Berbicara tentang keamanan, Paul Chen menegaskan bahwa keamanan telah menjadi prioritas AWS. “Kami menyadari pentingnya keamanan sebagai basis kepercayaan antara pelanggan kami dengan AWS. Kami pun telah mengembangkan lebih dari 230 fitur yang berhubungan dengan urusan keamanan, serta mendapatkan berbagai sertifikasi keamanan dan kepatuhan yang paling ketat dan diakui di seluruh dunia. Pelanggan kami akan langsung memperoleh semua kapabilitas ini ketika mereka memilih untuk menggunakan AWS,” jelasnya.
Sebelumnya, pada bulan April 2020, AWS menggelar layanan AWS Outpost. Layanan berupa perangkat server ini menghubungkan pelanggan di Indonesia dengan Region AWS dan dapat dipasang di lingkungan on-premises atau lokasi colocation yang dipilih pelanggan.
Kemudian pada bulan Maret 2021, AWS meresmikan beroperasinya Edge Locations yang mengusung layanan Content Delivery Network, layanan edge, dan layanan keamanan. AWS mengklaim, kinerja data yang dihantarkan melalui lokasi edge tersebut meningkat hingga 30 persen dari sisi latensi.
Di samping penghematan biaya, penggunaan cloud computing menawarkan beberapa manfaat bagi perusahaan. Dengan ketersediaan fitur dan fungsi-fungsi automasi, AWS membantu perusahaan melakukan otomatisasi sebanyak mungkin sehingga akan meningkatkan produktivitas tim TI. AWS cloud juga menyediakan layanan-layanan untuk meningkatkan operational resilience dan business agility.
Contoh Pemanfaatan Cloud
Donnie Prakoso, Developer Advocate, ASEAN, AWS memaparkan empat hal yang dapat dilakukan AWS untuk membantu pelanggan di Indonesia: migrasi dan alokasi sumber daya, menerapkan praktik pengembangan aplikasi modern, memperoleh insight dengan lebih cepat, dan memastikan keamanan, compliance, dan resiliensi.
Dalam kesempatan ini, Donnie juga memberikan contoh-contoh use case pemanfaatan cloud AWS dari para pelanggan. Dengan melakukan migrasi sumber daya ke cloud, organisasi nirlaba Aksi Cepat Tanggap (ACT) dapat mengoperasikan website-nya dengan tanpa gangguan meski mengalami lonjakan traffic sebesar 300 persen.
Sementara itu, pelanggan lainnya, yaitu XL Axiata, dapat mengurangi waktu pengadaan kapasitas baru dari 6-8 minggu hingga kurang dari 2 hari, mengurangi biaya operasional hingga sebesar 30 persen, scaling up hingga 2 kali lebih cepat dibandingkan infrastruktur on-premises, dan memfasilitasi lebih dari 100 application programming interface (API) dalam waktu 2 tahun.
Contoh pemanfaatan cloud untuk pengembangan aplikasi modern datang dari Sekolah.mu, startup teknologi pendidikan dan penyedia blended learning. Dalam waktu satu tahun, menggunakan AWS, Sekolah.mu mampu mengoptimalisasi layanannya untuk melayani lebih dari 2,5 juta pengguna di seluruh Indonesia, dan meraih 12 juta page view dalam satu hari hanya dengan mempekerjakan enam orang di tim TI.
Donnie juga menekankan peran data dalam membangun bisnis di era modern ini. Data adalah fondasi bagi pemanfaatan teknologi terkini, seperti machine learning. Dan data dapat membantu perusahaan mengurangi risiko. “Di sisi lain, kecepatan mengakses data dan visibilitasnya juga tidak kalah penting,” imbuh Donnie.
Elevenia adalah contoh pengguna yang memanfaatkan AWS cloud untuk memanfaatkan data. Online marketplace ini memanfaatkan teknologi analitik AWS guna menghasilkan analisis data yang lebih mendalam dan meningkatkan kualitas produk yang ditawarkannya.
Di bagian terakhir, Donnie menekankan bahwa cloud computing memungkinkan perusahaan bergerak cepat dengan tetap aman karena perusahaan (pelanggan cloud) dapat berbagi tanggung jawab keamanan dengan AWS sebagai penyedia layanan cloud.
“Dengan shared responsibility model, pelanggan memiliki semua data, mereka juga memiliki kontrol penuh terhadap data tersebut, dan mereka juga bertanggung jawab atas keamanan di cloud,” tegas Donnie. Sedangkan AWS memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan di infrastruktur cloud (compute, storage, database, networking) yang berada di Availability Zone, Region, Edge Locations, dan tentunya infrastruktur global AWS.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR