Big data saat ini memainkan peranan besar dalam strategi bisnis perusahaan. Melalui big data, perusahaan dapat memperoleh masukan untuk menyusun rencana bisnis serta mengevaluasi strategi yang selama ini diterapkan.
Tidak hanya itu, big data juga dapat dimanfaatkan untuk menganalisis perilaku konsumen serta karakteristik mereka. Dengan demikian, produk, layanan, hingga strategi pemasaran yang dirilis tepat sasaran.
Hal itulah yang lantas membuat beberapa perusahaan memutuskan untuk menjadi data driven company.
Secara harafiah, data driven company memiliki arti sebagai perusahaan yang menggunakan data sebagai penentu segala keputusan. Artinya, untuk membuat setiap rencana bisnis, para pengambil keputusan akan bergantung sepenuhnya kepada data.
Baca Juga: Samsung Gelar Galaxy Unpacked Part 2 pada 20 Oktober, Smartphone Baru?
Menjadi data driven company memiliki berbagai macam keuntungan. Salah satunya adalah menghilangkan opini bias yang ada pada analisis data. Perusahaan pun bisa dengan mudah mengukur indikator keberhasilan suatu proyek berdasarkan data yang tersedia.
Meski demikian, bertransformasi menjadi data driven company bukanlah suatu hal yang mudah. Tidak jarang perusahaan merasa kesulitan dalam memulai langkah mereka.
Fenomena ini pun ditanggapi oleh Ketua Data Science Indonesia Alamsyah Koto Hanza. Menurutnya, terdapat lima strategi yang harus dipersiapkan perusahaan terlebih dahulu sebelum melakukan eksekusi jangka panjang.
Kelima strategi tersebut disampaikan Alamsyah dalam InfoKomputer Tech Gathering "Data-Driven Company, Kunci Memenangkan Kompetisi" yang berlangsung secara virtual, Kamis (7/10/2021). Berikut rangkumannya.
Baca Juga: Strategi Operator Telko Percepat Pemerataan Jaringan 4G/LTE di RI
Seperti dijelaskan di atas, data berperan sebagai dasar pembuatan setiap keputusan bisnis. Namun, data tersebut bisa saja sia-sia jika perusahaan tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas sejak awal.
Agar sukses menjadi data driven company, Alamsyah menyatakan bahwa perusahaan harus mengidentifikasi tujuan secara garis besar lalu merembet ke tujuan yang lebih spesifik.
Misalnya, perusahaan ingin membuat produk baru. Perusahaan harus menjadikan produk tersebut sebagai tujuan besar. Sementara, untuk hal teknis lain, seperti minat pasar, menjadi poin pendukung. Dengan demikian, data bisa diolah sesuai peruntukannya.
“Kita contoh dari Netflix, banyaknya data pengguna bisa diolah dengan baik karena mereka tahu tujuan awal mereka, yaitu sebagai referensi promosi di dalam bisnis,” kata Alamsyah.
Baca Juga: Instagram Bakal Kirimkan Notifikasi ke Pengguna Bila Layanan 'Down'
Data yang melimpah terkadang membuat perusahaan kelimpungan. Alih-alih mencari data penting, perusahaan justru berfokus pada sumber data yang spesifik.
Untuk menyiasati kendala yang ada, Alamsyah menyarankan agar perusahaan dapat lebih kreatif dan solid dalam memanfaatkan data. Ketimbang menggunakan data tertentu untuk keperluan satu atau dua divisi, data tersebut akan lebih baik jika diakses bersama.
Dengan cara ini, masing-masing divisi memiliki kesempatan yang sama untuk menemukan ide-ide baru. Kolaborasi antar-divisi pun bisa berjalan dengan kompak.
“Akan lebih baik jika data bisa diakses bersama. Jadi, tiap divisi bisa saling berbagi tentang ide atau kebutuhan mereka sehingga penggunaan data jadi lebih maksimal,” lanjutnya.
Baca Juga: Mengapa Cloud Security menjadi Skills Paling Dicari di Masa Depan
Masa transisi dari perusahaan konvensional menjadi data driven diakui Alamsyah tidaklah mudah. Tidak jarang perusahaan lebih berfokus pada cara menyimpan data yang baik, ketimbang memikirkan bagaimana data dapat diakses oleh seluruh kalangan internal.
“Perusahaan harusnya memikirkan bagaimana data bisa 'menyerang' atau berpartisipasi dalam strategi bisnis,” ungkapnya.
Untuk memantapkan diri sebagai data driven company, Alamsyah menyarankan agar perusahaan terus mengevaluasi sistem yang ada.
Ia mencontohkan, perusahaan dapat menyeragamkan sistem atau teknologi mereka secara menyeluruh agar setiap divisi dapat berkolaborasi bersama.
“Misal perusahaan pakai satu sistem atau produk. Jadikan itu standar. Jangan sampai divisi A pakai apa, divisi B pakai sistem yang beda,” tegasnya.
Baca Juga: Dukung Pengembangan UMKM, Starchain Fasilitasi Fitur Chat Mentor
Konsep agile, kata Alamsyah, memainkan peranan penting jika perusahaan ingin sukses di dunia bisnis. Pasalnya, data yang mengalir begitu banyak secara real time membuat perusahaan tidak perlu menunggu lama dalam mengambil keputusan.
“Umumnya, data yang ada setiap hari terus bertambah. Oleh sebab itu, perusahaan harus cepat tanggap dengan kondisi pasar. Jangan takut untuk berubah,” ujar Alamsyah.
Di samping keempat poin di atas, Alamsyah mengingatkan bahwa perusahaan perlu memastikan sistem dan teknologi yang digunakan. Mengingat setiap data selalu berubah secara real-time, maka data harus bisa diakses oleh semua pihak selama 24 jam dan 7 hari.
“Kita harus memastikan bagaimana teknologi penyimpanan data, bagaimana data bisa diakses, sehingga antara strategi bisnis atau produk, bisa berjalan berdampingan dengan akses data yang reliable,” katanya.
Baca Juga: LinkAja Segera Integrasikan Fitur PeduliLindungi pada Aplikasinya
Senada dengan Alamsyah, Department Head Presales Multipolar Technology Lindra Heryadi mengungkapkan, untuk sukses menjadi data driven company, perusahaan harus cermat memilih sistem yang digunakan, terutama dalam hal penyimpanan dan pengolahan data.
Secara umum, Lindra menyebut, storage menjadi salah satu media dalam penyimpanan data. Namun, banyaknya storage yang digunakan tidak jarang membuat perusahaan sulit mengonsolidasikan berbagai data yang ada.
Kendala lainnya, perusahaan juga sulit memantau data mana saja yang layak digunakan untuk kasus-kasus tertentu. Begitu pun ketika storage mendadak penuh, risiko kehilangan data terbaru bisa saja terjadi.
“Keamanan dan backup data menjadi concern utama perusahaan. Di sisi lain, kapasitas storage yang penuh dengan sistem software yang berbeda juga kerap mengakibatkan terjadinya downtime, padahal data sering diakses,” kata Lindra.
Baca Juga: Helios & Cloudflare Tingkatkan Keamanan Penggunaan Internet di Perusahaan
Guna mengatasi problem di atas, Lindra menyarankan agar perusahaan menggunakan solusi storage dan sistem yang terintegrasi. Salah satunya adalah IBM Software Define Storage (IBM SDS).
Berbeda dari sistem pada umumnya, IBM SDS merupakan solusi terintegrasi antara storage dengan sistem yang ada di dalamnya. Untuk manajemen dan monitoring data, Lindra menyebut, IBM menyediakan IBM Spectrum Control sebagai dashboard data.
Sementara untuk mencegah downtime di waktu-waktu tertentu, IBM SDS menyediakan backup flash sebagai media pencadangan data. Dengan adanya satu kesatuan tersebut, perusahaan dapat meminimalisir downtime akibat masalah kompatibilitas.
"Ketika salah satu server atau storage offline, ada media flash sebagai bagian dari backup data. Artinya, downtime akan sangat jarang terjadi apabila menggunakan IBM SDS," lanjutnya.
Baca Juga: IBM Luncurkan Software Berbasis AI untuk Environmental Intelligence
Menariknya, IBM SDS juga mampu memfasilitasi multi platform, sebut saja teknologi cloud, server, flash, hingga tape.
Untuk proteksi data dan virtualisasi, IBM juga menghadirkan fitur IBM Spectrum, yang terdiri atas berbagai lapisan keamanan sekaligus fitur pendukung. Nantinya, teknologi ini mampu menyimpan data di berbagai lokasi.
“Banyak keunggulan lainnya yang bisa dinikmati dengan memanfaatkan solusi IBM SDS,” tambah Lindra.
Terkait efisiensi, Lindra mengungkapkan bahwa dengan IBM SDS, perusahaan tidak perlu repot menggunakan banyak vendor. Apabila perusahaan ingin menambah berbagai fitur, Multipolar Technology selaku IBM Platinum Business Partner dapat menyesuaikan konfigurasi sesuai kebutuhan perusahaan.
“Efisiensi menjadi kunci penting dalam transformasi data. Untuk itu, kehadiran solusi all in one dari IBM diharapkan dapat mendongkrak performa perusahaan sebagai data driven company,” pungkasnya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang konsep dan cara kerja IBM SDS, Anda dapat menghubungi telemarketing@multipolar.com atau melalui WA di 08111868383.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR