Meski diuntungkan oleh dorongan kebijakan regulasi, tingkat penggunaan awalnya lambat. Hal ini terutama disebabkan oleh beberapa kelemahan pada ponsel sebagai end-device dalam model pembayaran bergerak. Misalnya, kurangnya standardisasi user interface dan payment flow, kebutuhan fitur keamanan tambahan seperti autentikasi biometrik, resolusi efektif tentang isu privasi data dan, yang terpenting, ponsel pintar yang tidak bisa mereplikasi dompet fisik.
Kehadiran propietary e-wallet lokal dengan standar keamanan yang berbeda dari aplikasi e-wallet global dan e-wallet terbuka dari pihak ketiga yang sudah tersedia semakin menambah kebingungan. Lebih banyak upaya harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen agar pembayaran bergerak tumbuh lebih cepat.
Aturan Emas: Ketersediaan Di Mana Saja
Upaya standardisasi sedang berlangsung di beberapa negara dan fasilitas contactless payment juga terus bertambah. Namun, seratus persen nir-kas mensyaratkan ketersediaan interface standar (dan berfungsi) pada troli, di toilet, untuk sumbangan ke gereja, di tempat penukaran uang asing di destinasi pariwisata, dan sebagainya.
Selain itu, yang dirasa kurang adalah solusi komprehensif untuk menarik segmen pengguna yang lebih suka menggunakan uang tunai, seperti warga miskin, para lansia, warga dengan keterbatasan, warga yang tinggal di daerah pedesaan, pelancong dan turis, siapapun melakukan transaksi dengan metode pembayaran, melibatkan manfaat loyalitas/penghargaan/tunjangan kesejahteraan sosial, tanda terima, dan, dalam beberapa kasus, bahkan identifikasi. Pengguna tidak suka jika harus menggunakan perangkat tambahan untuk melakukan transaksi sehari-hari.
Replikasi dompet fisik dan pengalaman pengguna yang tanpa gangguna memerlukan standar universal. Para pembuat regulasi harus menangani koordinasi internasional mengenai payment flow, aturan keamanan minimum, dan penanganan masalah privasi data. Perencanaan (mobile payment) harus mempertimbangkan tujuan akhir daripada masyarakat seratus persen nir-kas, ketersediaan untuk pengusaha kecil, dan solusi penggunaan untuk konsumen yang tinggal jauh dari kota besar atau pusat kota.
Pemerintah dapat memimpin penggabungan identifikasi ke dalam ponsel dan mendorong penggunaan solusi komprehensif untuk semua ponsel. Dan yang utama, fokusnya sekarang harus beralih ke pembayaran bergerak untuk membangun masa depan yang sepenuhnya nir-kas di seluruh kawasan Asia Pasifik.
Mengurangi Penggunaan Uang Tunai
Uang tunai masih sering dianggap sebagai opsi permanen dalam pembayaran sehingga penyedia solusi pun tidak mengembangkan solusi yang benar-benar dapat mengubah ekosistem pembayaran.
Apple Pay, Samsung Pay, dan Android Pay berhasil memicu beberapa perubahan di dunia marketplace. Empat puluh persen dari transaksi mobile payment global dilakukan melalui solusi pembayaran milik tiga vendor tersebut. Ada pula pemain-pemain asal China (Alipay dan WeChat) dan Hongkong (Octopus).
Mobile payment mungkin hanya sebagian kecil saja dalam pasar pembayaran global, tapi metode pembayaran ini terus meningkat (penggunaannya). Bagaimana mungkin kita menyalahkan perilaku konsumen dan faktor regulasi sementara kita menyaksikan bisnis Airbnb, Uber, dan Pokemon Go tumbuh dengan suburnya, dan kita menyaksikan perilaku konsumen dan faktor regulasi berubah bersama solusi yang tepat?
Yang dibutuhkan adalah sebuah “kartu as”, idealnya yang dapat digunakan di seluruh Asia Pasifik, sebuah kawasan yang faktanya terfragmentasi. Sampai saaat itu tiba, kita harus melihat “100% cashless” sebagai satu tujuan akhir, meskipun tak sedikit tantangan untuk mewujudkannya.
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR