Pada tahun 2025 nanti, immersive technology akan seperti smartphone: menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Prediksi tersebut dikemukakan XR Association, asosiasi yang menaungi pelaku industri XR. Pemanfaatan immersive technology akan meluas di berbagai industri, mulai dari gaming, kesehatan, pendidikan, sampai manufaktur.
Secara terminologi, immersive technology adalah istilah yang menggambarkan teknologi yang menggabungkan dunia fisik dan digital. Termasuk di dalamnya teknologi seperti augmented reality, virtual reality, dan mixed reality. Semua teknologi tersebut menghadirkan interaksi yang alami dan intuitif antara pengguna, animasi 3D, dan lingkungan sekitarnya.
Tanda-tanda akan semakin populernya immersive technology ditunjukkan Microsoft pada ajang Dev//Verse 2022 hari pertama. Mengambil tema Empowering Developer Universe, Microsoft menghadirkan tiga perusahaan Indonesia yang telah memanfaatkan immersive technology untuk mewujudkan pengalaman yang imersif.
Teknologi Imersif untuk Dukungan Teknis Jarak Jauh
Contoh pemanfaatan pertama datang dari PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), yang bisa dibilang pionir dalam pemanfaatan mixed reality di Indonesia. Perusahaan konsorsium produksi semen ini mengoperasikan empat pabrik yang lokasinya tersebar, yaitu di Bogor, Cilacap, Tuban, dan Aceh.
Namun akibat pandemi, PT SBI menghadapi beberapa kendala yang berpotensi memengaruhi aktivitas operasional pabrik. “Salah satu kendala itu adalah pabrik membutuhkan support teknis dari para ahli, para teknisi, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri. Karena adanya berbagai pembatasan dan larangan, mereka tidak bisa hadir secara fisik di pabrik,” cerita Heri Kristianto, Reliability Maintenance Manager, PT SBI Pabrik Tuban.
Hal ini mendorong PT SBI untuk segera mencari teknologi yang dapat membantu perusahaan mengatasi kendala tersebut yang jika dibiarkan tentu akan berdampak pada kinerja pabrik. Saat itu, menurut Heri, perusahaan mencari teknologi yang diharapkan dapat menghadirkan support dari para teknisi ahli dengan kualitas yang sama tanpa mereka harus hadir di pabrik.
Dan kendala itu, menurut Heri, dapat diatasi dengan mengimplementasikan teknologi immersive dari Microsoft. “Dari sisi efektivitas dan kualitas support sama seperti ketika seorang ahli atau expert datang ke pabrik,” ujar Heri mengenai teknologi mixed reality yang diterapkan di PT SBI.
Setelah memanfaatkan mixed reality untuk memperoleh dukungan teknis yang efektif dan efisien, ke depannya PT SBI ingin memanfaatkan teknologi ini secara lebih maksimal sebagai tool handsfree bagi para teknisi saat bekerja di lapangan.
“Mereka bisa mengakses informasi-informasi teknis secara mandiri, seperti manual book, di lapangan menggunakan tools ini sehingga mereka bisa bekerja dengan lebih efektif dan efisien,” kata Heri Kristianto.
Wujudkan Seamless Working
Kendala yang tidak jauh berbeda pun dialami oleh Philips Healthcare. Karena pandemi, para teknis ahli dari kantor pusat Philips Healthcare yang berada di luar negeri tidak bisa datang ke Indonesia.
Perusahaan membutuhkan satu terobosan untuk membantu para teknisi di Indonesia dalam melakukan kegiatan pemeliharaan atau maintenance. Saat itu para teknisi harus melakukan maintenance terhadap mesin MRI di sebuah rumah sakit.
Salah satu fitur yang disoroti Microsoft dalam implementasi mixed reality di Philips Healthcare adalah berkirim file pada Microsoft Remote Assist. Dengan fitur ini, teknisi ahli dari kantor pusat Philips Healthcare mengirimkan file berformat PDF yang berisi panduan langkah demi langkah (step by step) dan bagian-bagian mesin yang harus diperbaiki.
File tersebut dikirimkan melalui Microsoft Teams dan juga ke teknisi di lapangan menggunakan Hololens. Dengan demikian, teknisi di lapangan dapat melihat file tersebut sambil mengerjakan proses perbaikan.
Daniel Andrew, Founder Hologram Indonesia, menyebut pemanfaatan immersive technology oleh PT SBI dan Philips Healthcare ini sebagai salah satu bentuk seamless working. Dengan seamless working, seorang teknisi dapat bekerja secara handsfree, dengan kedua tangannya tidak disibukkan oleh kegiatan mengoperasikan handphone atau perangkat komunikasi. Namun, teknisi tetap bisa melakukan video call dan mendapat bantuan dari para ahli.
Mixed Reality untuk Tingkatkan Layanan Publik
Perusahaan lain yang juga telah memanfaatkan teknologi mixed reality untuk tetap agile dalam situasi pandemi adalah PT MRT Jakarta. Implementasi ini berawal dari rencana PT MRT Jakarta untuk melakukan pengembangan di training center milik perusahaan.
“Klasiknya kalau di training center itu kita menggunakan modul, artinya ada modul yang menggunakan teks dan gambar di dalamnya. Dan saat itu kami ingin mengembangkan bagaimana caranya supaya lebih menarik dan lebih bisa menjelaskan kepada para trainee,” cerita Richard Silitonga, Facility Development Specialist, PT MRT Jakarta di ajang Microsoft Dev//Verse 2022.
PT MRT Jakarta berencana mengembangkan pelatihan dengan menggunakan modul berbasis video 2D dan 3D. Namun, menurut Richard Silitonga, perusahaan saat itu juga ingin memanfaatkan teknologi-teknologi seperti VR, AR, dan mixed reality.
“Setelah menggunakan teknologi immersive dalam pekerjaan kami di Direktorat Operation & Maintenance, kami merasakan manfaat yang luar biasa. Artinya dalam efektivitas waktu, efisiensi biaya, kesehatan dan keselamatan kerja,” ujar Richard Silitonga.
Ia mencontohkan, ketika para teknisi melakukan perawatan pada panel dan inspeksi pada kompresor di lapangan, dan ada temuan di lapangan. Kemudian mereka ingin mendiskusikan temuan itu dengan teman-teman atau supervisor yang ada di kantor, para teknisi di lapangan bisa memanfaatkan Hololens dan fitur Remote Assist.
“Dalam hal ini mereka tidak perlu bolak-balik untuk mendapatkan gambar teknis, atau untuk mendapatkan feedback. Ini jauh lebih baik daripada menggunakan misalnya video call,” tegas Richard.
Selanjutnya hal yang ingin dilakukan PT MRT Jakarta saat ini adalah mengoptimalisasi fitur-fitur yang ada di Hololens, selain fitur Remote Assist yang sudah digunakan. Misalnya fitur Hologram untuk menampilkan gambar hologram 3 dimensi untuk boogie, pantograf, bahkan pra konstruksi bangunan stasiun, kereta (rolling stock), dan sebagainya.
Mewakili PT MRT Jakarta, Richard Silitonga berharap perusahaan dapat meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat pengguna MRT melalui penerapan teknologi imersif ini.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR