Masih Butuh Sinyal
Hal lain yang menjadi perhatian adalah minimnya sinyal seluler dan internet di sana. Untuk menggunakan internet, penduduk Kampung Surago harus membeli paket WiFi provider swasta yang dijual oleh salah satu warga seharga Rp 3.000/jam.
Di satu sisi, ketiadaan sinyal ini disukai para wisatawan yang memang menginginkan kehidupan yang damai tanpa gangguan media sosial. Namun di sisi lain, ketiadaan sinyal ini membatasi ruang gerak para pelaku wisata di Kampung Surago.
“Agak lama kalau membalas pesan dan pertanyaan dari calon pengunjung, karena kadang sinyal WiFi yang dijual ini lemah dan lelet,” tukas Rici.
Walaupun Kampung Sarugo ini berhasil menyabet juara dua Anugerah Pesona Indonesia Award 2020 sebagai Kampung Terpopuler dan masuk nominasi 50 besar Desa Wisata Indonesia 2021, ada beberapa hal yang dirasa masih perlu pengembangan. Misalnya saja soal promosi. Masih belum banyak wisatawan, terutama wisatawan lokal, yang belum tahu mengenai kampung ini.
Karena itu, Rici berharap, melalui program Gerakan Menuju Smart City 2022, akan ada inovasi-inovasi terbaru untuk memajukan Kampung Sarugo dan pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota lainnya. Yang pada akhirnya, semua inovasi tersebut berimbas pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR