Penulis: Cin Cin Go, Technology and Country Leader, IBM Indonesia
Mainframe masih menjadi bagian penting dari strategi bisnis perusahaan. Namun cloud pun dibutuhkan untuk menghadapi tantangan ekonomi global saat ini. Begini rekomendasi IBM.
Untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang sedang berlangsung saat ini, pelaku bisnis di seluruh dunia mempercepat transformasi digitalnya. Kemana saja Anda melihat, perusahaan menghadapi kebutuhan mendesak dalam hal kecepatan masuk pasar, fleksibilitas, kegesitan, dan tentu saja, inovasi berkelanjutan.
Prioritas-prioritas ini menjadi alasan perusahaan memanfaatkan cloud computing. Namun ada langkah-langkah yang perlu mereka lalui. Mereka tidak langsung melompat ke public cloud. Bisnis memiliki masalah keamanan dan gravitasi data, masalah sistem kompleks yang mahal jika harus dimigrasikan. Secara strategis, mereka memiliki kekhawatiran tentang opsi atau pilihan, tentang keterikatan (lock-in), tentang kenyataanbahwa penyedia cloud mereka adalah pesaing. Kenyataan-kenyataan ini menjelaskan mengapa tidak banyak perusahaan yang berpindah secara besar-besaran ke cloud.
Kebutuhan unik tiap perusahaan dalam perjalanan transformasi bisnisnya memerlukan kombinasi dari beragam aplikasi dan lingkungan termasuk pusat data tradisional, edge computing, dan Software as a service (SaaS). Lalu, apa sebenarnya peran mainframe dalam infrastruktur TI saat ini?
Menurut studi IBM baru-baru ini*, sebagian besar (71%) eksekutif TI dari perusahaan ternama yang disurvei mengatakan bahwa aplikasi berbasis mainframe tidak hanya memiliki tempat di platform TI mereka saat ini, tetapi juga penting bagi strategi bisnis.
Dalam tiga tahun, persentase organisasi yang memanfaatkan aset mainframe di lingkungan hybrid cloud diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Empat dari lima eksekutif mengatakan bahwa organisasi mereka harus bertransformasi dengan cepat agar memiliki daya saing kuat. Dan transformasi itu juga menckup modernisasi aplikasi berbasis mainframe dan mengadopsi pendekatan yang lebih terbuka untuk migrasi cloud.
Pendekatan hybrid cloud yang mencakup dan mengintegrasikan komputasi mainframe dapat mendorong hingga lima kali nilai platform public cloud – dan sumber nilai utama ada dalam lima kategori: peningkatan akselerasi bisnis, produktivitas pengembang, efisiensi infrastruktur, manajemen risiko dan kepatuhan, serta fleksibilitas jangka panjang.
Transformasi digital bukanlah proses “either-or” atau memilih salah satu dari dua. Di IBM, kami memandu para klien dalam perjalanan modernisasi aplikasi dengan rekomendasi utama berikut:
Baca juga: IBM Ungkapkan IBM Osprey, Prosesor Kuantum Baru dengan 433 Qubit
Pertama, adopsi pendekatan iteratif. Banyak perusahaan mengalami secara langsung kompleksitas aset TI mereka. Terus menambahkan data ke dalam vertical cloud mengakibatkan berkurangnya fleksibilitas karena proses yang terkait dengan pengembangan, operasi, dan keamanan menjadi lebih terfragmentasi dari sebelumnya – dan fragmentasi cloud menjadikan standardisasi serta skala yang dijanjikan cloud hampir mustahil untuk dicapai.
Oleh karena itu, bagian dari rencana Anda untuk mengintegrasikan lingkungan baru dan yang sudah ada harus mempertimbangkan atribut industri dan beban kerja untuk bersama-sama membuat business case dan road map yang dirancang untuk memenuhi tujuan strategis Anda.
Adopsi pendekatan modernisasi bertahap dan adaptif, daripada big bang. Manfaatkan teknik seperti arsitektur koeksistensi untuk secara bertahap bertransisi ke arsitektur hybrid terintegrasi.
Langkah selanjutnya adalah menilai/menakar portofolio dan membangun roadmap. Periksa kemampuan yang mendefinisikan peran mainframe di perusahaan saat ini dan bagaimana kemampuan tersebut terkait dengan ekosistem teknologi hybrid cloud yang lebih besar. Selain itu, tinjau talenta dan sumber daya yang ada, lalu tentukan potensi kesenjangan (gap) yang mungkin terjadi.
Kemitraan dan peran IBM Systems merupakan hal mendasar karena alasan sederhana, yaitu solusi, seperti IBM z16 yang baru, dapat melakukan berbagai fungsi kritis yang menopang lingkungan hybrid cloud yang benar-benar terbuka dan aman. Fungsi-fungsi tersebut mencakup, antara lain, mengakses kumpulan data on-premise yang tidak terstruktur di seluruh platform hybrid cloud, melakukan scaling dan automasi insight berbasis data dengan artificial intelligence (AI), dan memroses aplikasi serta data secara real time. Dan semua fungsi itu dilakukan dengan tetap menilai risiko keamanan.
Menyimpan data di beberapa cloud dan memindahkannya antara mitra dan pihak ketiga membuat perusahaan lebih rentan terhadap masalah keamanan, seperti pelanggaran data. Oleh karena itu sangatlah penting untuk menakar/menilai solusi infrastruktur yang mendukung kemampuan untuk melindungi data, bahkan ketika data tersebut keluar dari platform Anda, sangatlah penting.
Terakhir, manfaatkan beberapa strategi modernisasi dan mungkinkan akses mudah ke aplikasi dan data mainframe yang ada menggunakan application programming interface (API). Hal iIni berarti kita memberikan pengalaman yang sama bagi para developer dengan mengintegrasikan tool open source dan proses yang disederhanakan demi agility, selain kita mengembangkan aplikasi native cloud di mainframe dan menerapkan container pada aplikasi tersebut.
Di dalam negeri, beberapa bank ternama dan lembaga pemerintah di Indonesia menggunakan mainframe IBM sebagai landasan infrastruktur dalam perjalanan mereka menuju hybrid cloud.
Para eksekutif TI yang disurvei mengharapkan peningkatan penggunaan yang signifikan, baik di mainframe (35%) dan aplikasi berbasis cloud (44%) selama dua tahun ke depan.
Memadukan kekuatan, keandalan, dan keamanan mainframe ke dalam cloud sangatlah penting untuk mencapai kelincahan dan kemampuan di seluruh bagian perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan bisnis yang terus berubah.
Baca juga: Supply Chain Masih Alami Disrupsi, IBM Beberkan Strategi Adaptasi
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR