Sejak mengambil alih hak kepemilikan Twitter, Elon Musk kerap membuat polling untuk mengetahui sudut pandang para pengguna Twitter dalam menentukan arah kebijakan perusahaan. Baru-baru ini, Elon Musk membuat polling, apakah ia harus mundur dari CEO Twitter?.
Hasilnya, para koresponden polling Twitter menginginkan Elon Musk untuk mundur dari jabatannya sebagai CEO. Polling itu menunjukkan hasil sebanyak 57,5 persen pengguna mengharapkan Elon Musk mundur. Sementara sebanyak 42,5 persen justru menginginkan Elon Musk bertahan. Polling ini sudah diikuti lebih dari 17,5 juta pengguna.
Sebelumnya, Elon Musk mengatakan bahwa ia akan mematuhi hasil dari jajak pendapat tersebut. Kendati ia belum secara jelas mengungkapkan kapan akan mundur. Kini Elon Musk mempertimbangkan opsi mundur setelah membeli Twitter pada April 2022.
"Tindakan drastis diperlukan jika model bisnis Twitter ingin tetap bertahan. Ada argumen bahwa tanpa Musk di pucuk pimpinan, akan sulit menemukan seseorang dengan semangat yang cukup untuk mengubah arah bisnis Twitter," kata Analis Hargreaves Lansdown Sophie Lund-Yates seperti dikutip dari Reuters.
Wajar saja banyak pengguna yang menginginkan Elon Musk mundur, mengingat ia telah mengambil tindakan kontroversial dan sporadis semenjak mengambil alih Twitter mulai dari PHK massal petinggi dan karyawan Twitter, mematok harga 'centang biru', membuka akun yang sudah diblokir termasuk Akun Donald Trump hingga kasus penangguhan akun jurnalis yang mendapat kecaman dari berbagai pihak seperti organisasi berita, kelompok advokasi dan pejabat di seluruh Eropa. Kebijakan larangan promosi platform media sosial saingan Twitter pun kini sudah dihapus.
"Musk menghabiskan banyak waktu di media sosial. Dengan saham Tesla yang telah berkurang lebih dari separuh dari tahun ke tahun, Musk perlu menyingsingkan lengan bajunya dan mendapatkan bisnis utamanya kembali ke jalan," kata Direktur Investasi di AJ Bell Russ Mould,
Setelah hasil polling keluar, salah satu pengguna Twitter mempertanyakan kemungkinan perubahan CEO. Namun, Musk mengatakan bahwa tidak ada penerus.
"Tidak ada yang menginginkan pekerjaan yang benar-benar dapat membuat Twitter tetap hidup," cuit Musk.
Buka Ribuan Akun
Akhirnya, Elon Musk mematuhi janjinya dengan membuka 12 ribuan akun Twitter yang terblokir. Sebelumnya, akun-akun itu diblokir karena menyebarkan hoaks, ujaran kebencian hingga pornografi. Hal itu diungkapkan oleh seorang software developer asal Jerman bernama Travis Brown.
Sebuah laporan mengungkapkan Musk akan memulihkan sekitar 62.000 akun dengan lebih dari 10.000 followers. Akun-akun yang pernah diblokir itu karena melanggar peraturan Twitter seperti penyebaran misinformasi soal vaksin Covid-19, akun spam, profil yang membagikan konten tanpa hak cipta, hingga akun porno.
Laporan lainnya, sebuah riset mengungkap penyebaran ujaran kebencian semakin tinggi usai Elon Musk membeli Twitter. Konten rasis hingga komentar tidak menyenangkan banyak beredar di platform tersebut.
Source | : | Reuters |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR