Perusahaan teknologi asal Korea Selatan, Samsung, dikabarkan melarang para karyawannya untuk menggunakan layanan AI generatif seperti ChatGPT.
Samsung melarang penggunaan alat AI generatif pada perangkat milik perusahaan, yang mencakup komputer, tablet, dan ponsel, serta perangkat bukan milik perusahaan yang berjalan di jaringan internal.
Larangan itu tidak hanya berlaku untuk ChatGPT saja, tetapi juga layanan yang menggunakan teknologi tersebut seperti Microsoft Bing, serta layanan AI generatif lain seperti Bard dari Google.
Munculnya larangan ini setelah beberapa waktu lalu karyawan Samsung menggunakan layanan ChatGPT dan secara tidak sengaja membagikan data internal dan sensitif ke layanan tersebut.
Masih belum jelas apakah larangan ini sudah efektif berlaku atau kapan akan mulai berlaku. Samsung sendiri belum memberikan tanggapan, sebagaimana dikutip dari TechCrunch.
Larangan tersebut hanya akan berlaku untuk perangkat yang dikeluarkan oleh Samsung untuk para karyawannya saja.
Artinya, para konsumen yang memiliki ponsel Samsung, laptop, dan perangkat lainnya tidak akan terpengaruh.
Menurut sebuah memo yang diungkapkan Bloomberg, larangan penggunaan layanan AI generatif di kalangan karyawan Samsung itu bersifat sementara, dan akan berlangsung hingga perusahaan membangun "langkah-langkah keamanan untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk menggunakan AI generatif dengan aman guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi karyawan."
Pihak Samsung sendiri kini sedang mengembangkan tool (alat) AI internal sendiri untuk “pengembangan dan penerjemahan perangkat lunak,” menurut memo tersebut.
Seperti diketahui, layanan AI generatif ChatGPT telah berhasil mendapatkan popularitas besar di seluruh dunia sejak diluncurkan pada November tahun lalu.
Banyak orang yang akhirnya memanfaatkan teknologi besutan OpenAI itu untuk mendapat jawaban berbasis teks mengenai segala hal, mulai dari penelitian dasar hingga tugas yang berkaitan dengan bisnis dan banyak lagi.
Sayangnya, manfaat yang diberikan ChatGPT itu juga menemui masalah yang signifikan. Selain kebocoran data hak milik ke layanan seperti yang dialami Samsung, yang lain telah menandai potensi pelanggaran privasi data, pelanggaran hak cipta, dan ketidakakuratan dalam respons ChatGPT.
Samsung sendiri awalnya mengizinkan karyawan di divisi solusi perangkat, yang mengelola bisnis semikonduktor dan tampilannya, untuk menggunakan AI generatif sejak 11 Maret lalu.
Setelah kebocoran data, Samsung juga meminta staf menggunakan alat AI generatif di tempat lain “untuk tidak mengirimkan informasi atau data pribadi apa pun yang terkait dengan perusahaan,” yang dapat mengungkapkan kekayaan intelektualnya, menurut memo yang ditinjau oleh Bloomberg.
Salah satu masalah yang dicatat Samsung adalah sulit untuk "mengambil dan menghapus" data di server eksternal, dan data yang dikirimkan ke layanan AI generatif tersebut dapat diungkapkan kepada pengguna lain.
Berdasarkan survei internal Samsung pada bulan April lalu, sekitar 65% peserta mengatakan menggunakan alat AI generatif memiliki risiko keamanan.
Di sisi lain, OpenAI yang merupakan perusahaan pengembang ChatGPT juga telah bekerja untuk memperbaiki beberapa masalah di layanannya.
Baru-baru ini, layanan ChatGPT juga kembali diperbolehkan beroperasi di Italia setelah OpenAI memenuhi tuntutan regulator setempat dan akan memperkenalkan kontrol privasi terbarunya.
Seperti diketahui, sebelumnya ChatGPT sebelumnya diblokir sementara di Italia karena masalah privasi pengguna.
Baca Juga: Cara Menggunakan ChatGPT dalam Bahasa Indonesia, Gratis dan Mudah
Baca Juga: Sempat Diblokir, Akhirnya Italia Kembali Buka Akses ChatGPT
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR