Berdasarkan laporan The Consumer Data Revolution in Asia Pacific, 60% dari para konsumen di wilayah tersebut mengharapkan informasi yang jelas dan dapat dipahami mengenai bagaimana data mereka akan digunakan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap brand.
Selain itu, konsumen lebih bersedia untuk berbagi data dengan merek yang memberikan pengalaman yang baik (57%) atau jujur dan transparan tentang kebijakan (57%).
Menariknya lagi, konsumen secara umum terbuka untuk berbagi data yang dapat memberikan manfaat bagi mereka - hampir setengah (42%) dari para konsumen merasa nyaman menerima iklan yang ditargetkan setelah melihat-lihat produk di sebuah toko, dan lebih dari separuh konsumen mengatakan bahwa iklan yang dipersonalisasi memberikan lebih banyak pilihan setelah melakukan pembelian.
Saat fokus dari para merek bergeser dari personalisasi ke keterlibatan pelanggan secara individual, perpaduan antara data tanpa pihak dan data pihak pertama akan memberikan kekuatan baru bagi pemasar untuk menjadi pengatur pengalaman merek.
Dengan 74% dari konsumen di wilayah tersebut yang bersedia untuk berbagi informasi lebih banyak dengan merek yang dipercayai, komunikasi transparan, penggunaan data konsumen yang bertanggung jawab, dan pengiriman nilai yang konsisten sepanjang konsumen terlibat akan menjadi langkah untuk semakin maju ke depan.
"Di dalam revolusi data konsumen yang baru, sangat penting bagi para pebisnis untuk mempertimbangkan kembali pendekatan mereka terhadap data guna mendorong keterlibatan yang lebih berdampak untuk konsumen,” ujar Nicholas Kontopoulos, Wakil Presiden Pemasaran, Asia Pasifik & Jepang, Twilio.
“Sekarang, kepercayaan menjadi faktor penentu kesuksesan pemasaran, sehingga para merek perlu lebih transparan dalam berkomunikasi tentang bagaimana mereka menggunakan data untuk menghasilkan nilai yang bermakna bagi konsumen," sambung Nicholas Kontopoulos.
Baca Juga: Tingkat Kesadaran Penggunaan Data Orang Indonesia Tertinggi di APAC
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR