Kebutuhan perumahan masyarakat di Indonesia mencapai sekitar 800.000 unit per tahun, menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Sementara data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan angka backlog, atau selisih antara kebutuhan dan persediaan perumahan, yang cukup tinggi yaitu12,75 juta.
Kesenjangan ini bisa ditutup tentunya apabila ada titik temu antara kebutuhan dan pasokan unit rumah. Hal ini menjadi PR bersama banyak pemangku kepentingan (stakeholder) dalam ekosistem perumahan di Indonesia.
“Sementara BTN hanyalah sebagai salah satu stakeholder yang berpengaruh dalam ekosistem ini, yaitu yang mendukung dari sisi pembiayaan perumahan. Di luar itu ada developer, regulator, berbagai departemen, seperti Kementerian PUPR, Kementerian Keuangan, dan lain-lain,” jelas Andi Nirwoto, Direktur IT & Digital, PT Bank Tabungan Negara Tbk. Di sini, menurut Andi, tantangannya adalah kolaborasi di antara para pemangku kepentingan tersebut.
BTN sebagai bagian dari satu rangkaian industri ini terus berperan dalam meningkatkan dan mengeratkan kolaborasi tersebut untuk mencari solusi yang tepat bagi kebutuhan perumahan rakyat.
“Hal ini menjadi penting bagi kami karena perumahan adalah satu dari tiga kebutuhan utama penduduk. Oleh karena itu, bagi kami ini adalah salah satu tugas atau misi yang sangat penting,” tandasnya.
Inovasi Digital di Sisi Konsumen dan Backend
Teknologi memang tidak serta merta dapat mengatasi tantangan tersebut. Namun bagi Divisi IT & Digital yang dikomandani Andi Nirwoto, sumbangsih yang bisa dilakukan adalah memberikan efisiensi biaya, kemudahan, dan kecepatan layanan pembelian rumah bagi nasabah melalui aneka inovasi digital.
“Sekarang, misalnya kita memerlukan atau akan membeli rumah, kita cukup menggunakan portal digitalnya BTN, yaitu BTN Properti. Kita tidak perlu lagi keliling ke berbagai lokasi perumahan. Nah, ini kan cukup memangkas waktu sehingga menciptakan satu efisiensi. Belum lagi nanti ketika pemrosesan di bank, yang dulunya manual, document-based sekarang berbasis digital,” papar Andi.
Portal BTN Properti juga menjadi sebuah ekosistem bagi para mitra menawarkan jasa yang berhubungan dengan perumahan, misalnya mitra untuk jasa pemeliharaan rumah, renovasi, jasa arsitek, bahkan notaris (terkait kebutuhan kredit rumah).
“Yang ingin saya sampaikan juga di sini adalah (portal) ini adalah keunggulan BTN jika dibandingkan dengan bank-bank umum lainnya,” ujarnya.
Kemudian BTN juga menyediakan BTN Mobile yang berbasis superapp untuk mobile banking yang juga mengusung fitur untuk pengajuan KPR. “Superapp ini sudah gandeng dengan BTN Properti Portal, tapi layanannya belum seratus persen sama antara di aplikasi mobile dan di portal karena disesuaikan dengan preferensi nasabah. Jadi, ini ibaratnya seperti staging. Namun untuk layanan yang inti sudah sama (antara mobile dan portal), seperti simulasi dan pengajuan KPR, ” jelas Andi.
BTN pun menyediakan aplikasi khusus untuk para pengelola gedung, seperti apartemen dan komplek perumahan, yaitu BTN Smart Residence. “Jadi misalnya penghuni apartemen mau membayar IPL (Iuran Pengelolaan Lingkungan) atau mau komplain ke pengelola gedung bisa melalui aplikasi BTN Smart Residence. Nah ada aplikasi yang untuk konsumen dan ada yang untuk admin gedung,” jelas Andi Nirwoto seraya menambahkan bahwa BTN Smart Residence juga ditawarkan sebagai aplikasi white label.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR