Teknologi artificiaI intelligence (AI) atau kecerdasan buatan membawa perubahan besar dalam dunia kerja. Bahkan, AI diprediksi bakal mengambil alih 300 juta pekerjaan yang dikerjakan oleh manusia. Profesi seperti pekerja teknologi, pekerja media, pekerja legal, analis riset pasar, guru, pekerja keuangan, trader, desainer grafis, akuntan, dan layanan pelanggan dapat terancam oleh kemajuan AI.
Business Insider mengobrol dengan beberapa pakar untuk mengumpulkan daftar pekerjaan yang disebut paling berisiko dan duluan digantikan oleh AI. Pekerja teknologi seperti programmer dan koder, yang saat ini diminati, berpotensi digantikan oleh teknologi AI seperti ChatGPT, yang dapat mengelola dan menganalisis data dengan akurasi lebih tinggi daripada manusia. "Pekerjaan yang saat ini membutuhkan tim pengembang developer, nantinya hanya butuh satu orang saja," kata Mark Muro, Senior di Brookings Institute.
Sementara pekerja media, termasuk pembuat iklan, kreator konten, dan jurnalis, mungkin terdampak karena AI dapat membaca, menulis, dan memahami teks dengan sangat baik. Beberapa industri media sudah mulai bereksperimen dengan konten buatan AI. Misalnya saja CNET yang menggunakan AI untuk menulis artikel. Meski demikian, media tersebut masih harus mengoreksi beberapa artikel tersebut. BuzzFeed juga menggunakan teknologi berbasis AI untuk menghasilkan konten seperti kuis dan pemandu wisata.
"Menganalisa dan mengintrepretasi banyak bahasa data dan informasi adalah kemampuan yang akan dikuasai penuh oleh AI," kata Anu Madgavkar, partner di McKinsey Global Institute.
Dalam sektor legal, pekerjaan seperti paralegal dan asisten legal yang mengelola informasi dalam jumlah besar bisa digantikan oleh otomatisasi AI. Analis riset pasar dan pekerja keuangan, yang bergantung pada manajemen data, juga terancam karena kemampuan AI dalam menganalisis tren dan hasil masa depan.
Guru dihadapkan pada risiko murid menggunakan AI untuk menyontek, sementara pekerjaan di bidang desain grafis dapat terpengaruh dengan munculnya AI pengelola gambar seperti DALL-E. Akuntan, yang dianggap stabil selama ini, juga rentan digantikan oleh AI dalam beberapa aspek pekerjaan mereka.
"Guru harusnya lebih berpikir dua kali soal pekerjaannya. ChatGPT dengan mudah bisa mengajar di kelas. Meski masih banyak bug dan tak akurat dalam ilmu pengetahuan, namun ChatGPT akan dengan cepat meningkat," kata Pengcheng Shi (Asisten Dekan Departemen Ilmu Komputer dan Informasi di Rochester Institute of Technology.
Dalam dunia layanan pelanggan, chatbot dan teknologi AI seperti ChatGPT diharapkan menjadi saluran utama pada 25% perusahaan pada 2027. Keseluruhan, adaptasi AI di berbagai sektor memicu perubahan signifikan dalam lanskap pekerjaan global.
Korban PHK
Banyak perusahaan raksasa teknologi yang mulai menggunakan AI untuk menggantikan peran manusia. Misalnya saja Google yang baru-baru ini melakukan PHK di tim sales iklan. Reuters melaporkan bahwa gelombang PHK di perusahaan terknologi terjadi seiring dengan upaya mengurangi beban kerja karyawan lewat adopsi AI dan otomatisasi.
IBM dan BT Group juga menyebut-nyebut soal AI ketika mengumumkan PHK baru-baru ini. Menurut studi Goldman Sachs, AI bisa berdampak pada 300 juta pekerjaan di seluruh dunia. Hal itu bisa menyebabkan disrupsi yang signifikan pada bursa kerja. Pada 2030 mendatang, diprediksi lebih dari 12 juta pekerjaan di Amerika Serikat (AS) akan punah dan berganti dengan permintan pekerjaan baru, menurut analisis McKinsey.
Baca Juga: Kampus China Kembangkan Model Bahasa AI Skala Besar Generasi Terbaru
Baca Juga: Berkat AI, Baby Monitor Maxi-Cosi Mampu Mengerti Arti Tangis Bayi
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR