Laporan terbaru yang dirilis oleh perusahaan HID mengungkapkan enam tren industri keamanan dan identitas digital di tahun 2024.
Laporan ini mengumpulkan 2.600 respons dari para mitra, end user, dan pelaku bidang keamanan dan IT dari seluruh dunia (termasuk responden dari Indonesia), yang berlangsung pada Q4 2023. Mereka berasal dari beragam posisi dan ukuran perusahaan yang mewakili 11 industri bisnis.
Laporan Industri Keamanan dan Identitas 2024 ini menggali hal apa saja yang menjadi perhatian atau kepedulian industri sehingga mendorong hadirnya inovasi dan teknologi baru, yang dapat membantu para pemimpin industri untuk proaktif beradaptasi terhadap tantangan yang terus berkembang.
Prabhuraj Patil, Commercial Director, Physical Access Control Solutions, ASEAN & Subkontinen India HID mengatakan, “Untuk di Indonesia, beberapa tren yang kami perhatikan cukup menonjol di antaranya adalah Mobile IDs yang perlahan namun pasti semakin diterima oleh masyarakat Indonesia. Hal ini didukung oleh koneksi selular dan penetrasi Internet yang cukup tinggi dibanding dengan populasi jumlah penduduk Indonesia.”
“Selain itu, gaya hidup masyarakat Indonesia yang banyak menggunakan media digital dan pembayaran mendorong kebutuhan Mobile IDs secara berkelanjutan. Potensi pemanfaatan Mobile ID sebagai bagian dari solusi kontrol akses fisik relatif signifikan di Indonesia, namun perlu waktu bagi manajer keamanan untuk memahami bahwa sistem ini lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan sistem kontrol akses yang ada saat ini,” sambung Prabhuraj.
Lebih lanjut, survei ini mengungkap enam tren utama yang di antaranya:
1. Identitas digital diperkirakan akan banyak digunakan dalam 5 tahun ke depan
Dengan semakin luasnya penggunaan perangkat selular, berbagai kesempatan untuk memanfaatkan identitas digital pun turut bermunculan.
Dalam 5 tahun yang akan datang, para responden end user mengaku bahwa sekitar 80% organisasi atau perusahaan akan menerapkan identitas digital.
Bahkan, para mitra di industri ini merasa lebih optimis dengan menyatakan bahwa 94% pelanggan atau client mereka akan segera menggunakan identitas digital.
2. Perkembangan otentikasi multifaktor semakin luas, meskipun penerapan Zero Trust walau perlahan, namun terus tumbuh
Lebih dari 83% responden end user mengatakan, saat ini, organisasi mereka telah menggunakan otentikasi multifaktor (MFA), terutama disebabkan karena rentannya sistem penggunaan kata sandi (password).
Bagi banyak responden, hal ini menjadi langkah awal dari perjalanan panjang menuju penerapan Zero Trust, yaitu sistem keamanan yang standarnya menerapkan pemahaman untuk tidak percaya kepada siapapun – baik itu pihak internal maupun eksternal – sehingga selalu meminta verifikasi terlebih dahulu.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR