Pertanyaan tersebut terdengar konyol mengingat WhatsApp adalah aplikasi pesan instan, bukan platform berkirim surel.
5. Iklan propaganda politik (Mei)
Partai Demokrat AS merilis 3.500 iklan di Facebook dan Instagram yang terkait IRA. Iklan tersebut masih berkaitan dengan propaganda politik untuk memenangkan Trump di pemilu AS 2016.
Selain itu, laman yang tekait dengan Rusia tersebut menargetkan ekstensi peramban Chrome bernama FaceMusic yang menyasar para remaja putri AS. Daily Beast kemudian mengatakan bahwa ekstensi tersebut telah terinfeksi malware.
6. Pemblokiran iklan bertema LGBT (Mei)
Facebook kembali menghadapi masalah terkait iklan di paltformnya. Kali ini giliran kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) yang dibuat marah, lantaran Facebook memblokir iklan mereka.
Sistem Facebook memblokir iklan komedian gay asal Los Angeles yang dianggap sebagai iklan politik, meski dalam iklannya tidak memuat advokasi atau pandangan eksplisit politik tertentu.
Laporan Washington mengatakan bahwa ada puluhan iklan yang bertema "LGBT" dan kata-kala lain yang akhirnya diblokir Facebook, dikategorikan sebagai iklan politik. Facebook mengatakan bahwa pemblokiran tesebut dikarenakan kesalahan sistem, bukan kesengajaan. Pihaknya beralasan sedang melakukan kebijakan konten yang baru untuk menghapus segala iklan politik, sebagai kelanjutan tuduhan keterlibatan Facebook dalam iklan politik Rusia dalam pemilu AS 2016.
7. Tudingan menyebar data pengguna ke vendor perangkat (Juni)
Setelah kebocoran data ke pihak ketiga Cambridge Analytica, Facebook juga dilaporkan membagikan data pribadi pengguna ke sejumlah vendor ponsel dan tablet. Laporan New York Times menyebut setidaknya ada 60 vendor smartphone dan tablet yang berkongsi dengan Facebook terkait data pengguna.
Beberapa vendor yang disebut adalah Apple, Amazon, Microsfot, dan Blackberry. Baca juga: Facebook Beri Akses Data Pengguna ke 60 Vendor Smartphone Kerja sama itu memungkinkan fitur Facebook terintegrasi langsung dengan perangkat atau "device-integrated API" buatan 60 vendor gadget.
Data yang dikumpulkan di antaranya tentang agama, orientasi politik, serta agenda yang akan dihadiri pengguna. Laporan itu menyebut bahwa akses data ini bisa dilakukan tanpa memerlukan ijin dari pengguna dan tanpa mereka sadari.