11. Pemblokiran akun dan laman biang hoaks Alex Jones (Agustus)
Pertengaan tahun 2108, Facebook mengikuti jejak Apple yang lebih dulu menarik podcast Alex Jones, seorang yang dikenal sebagai biang hoaks dan kerap memunculkan teori konspirasi kontroversial.
Facebook menghapus empat laman yang berafiliasi dengan Alex Jones yang dianggap melanggar menyebar ujaran kebencian. Aksi ini kemudian diikuti platform lain seperti YouTube dan pada akhirnya Twitter, yang sempat enggan ikut menutup akun Jones.
Sayangnya, aksi penutupan akun Alex Jones ramai-ramai oleh perusahaan Silicon Valley ini memicu protes, terutama dari pendukung sayap kanan yang konservatif. Sebab mereka adalah para pendukung Alex Jones yang juga diketahui dekat dengan Presiden Donald Trump.
12. Penutupan akun dan laman "aspal" Iran (Agustus)
Facebook juga menghapus jaringan dari akun dan laman asli tapi palsu (aspal), yang terkait ke media pemerintah Iran. Aktivitas dunia maya kelompok tersebut kepergok oleh firma keamanan siber FirmEye.
Pada bulan Oktober, Facebook kembali menemukan 82 akun, laman, dan group yang terkait dengan Iran namun menyamar sebagai warga negara AS atau Inggris. Polanya hampir sama dengan yang pernah dilakukan IRA sebelumnya.
13. Intoleransi di lingkup internal (Agustus)
Sebuah laporan dari New York Time menyebut bahwa sebuah memo beredar di kalangan internal manjaemen Facebook. Memo tersebut berjudul "Kami Memiliki Masalah dengan Keberagaman Politik".
Salah satu teknisi senior di Facebook, Brian Amerige mengunggah sebuah tulisan. "Kami (Facebook) adalah sebuah perusahaan monokultur secara politik yang intoleran terhadap perbedaan pandangan," tulisnya.
Lebih lanjut ia menulis, "Kami mengklaim menyambut semua perspektif, tapi cepat untuk menyerang - kerap secara bergerombol - siapapun yang mengungkapkan pandangan yang dianggap berseberangan dengan ideologi kiri".
Sejak unggahan itu ramai diperbincangkan, lebih dari 100 pegawai Facebook bergabung dengan Amerige untuk membuat grup online bernama "Fb'ers for Political Diversity"