8. Akses aplikasi pihak ketiga terhadap data pengguna masih terbuka (Juli)
Setelah memberi kasaksian kepada anggota kongres bulan April, Facebook kembali menyampaikan keterangan dalam sebuah laporan setebal 700 halaman kepada House of Energy and Commerce Committee.
Facebook mengaku beberapa aplikasi masih memiliki akses terhadap data pengguna selama enam bulan terakhir. Padahal, sebelumnya Facebook memastikan telah mengubah kebijakannya dengan menutup akses aplikasi ketiga ke data teman pengguna pada tahun 2015.
Beberapa aplikasi yang disebut adalah aplikasi kencan online Hinge dan layanan musik streaming seperti Spostify. Namun yang paling mencengangkan adalah aplikasi besutan perusahaan besar Rusia, Mail.ru.
Masuknya Mail.ru membuat ketar-ketir Washington, sebab investor utama perusahaan tersebut adalah Alisher Usmanov, seorang pebisnis yang dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
9. Akun palsu terkait Rusia (Juli)
Facebook menutup 32 akun dan laman yang terkait dengan kelompok propaganda IRA. Jejaring raksasa tersebut bekerja sama dengan penegak hukum terkait untuk menentukan asal kampanye yang disebar IRA.
Kampanye yang disebar disebut serupa dengan kampanye propaganda saat pemilu AS 2016.
10. Saham anjlok (Juli)
Setelah kasus Cambridge Analytica terkuak, para investor pun ketar-ketir. Saham Facebook sempat anjlok sejak 16 Maret 2018 dengan valuasi yang lenyap 80 miliar dollar AS.
Namun berkat kelihaian Zuckerberg yang berhasil menenangkan para investor, saham Facebook kembali naik 4,2 persen pada minggu pertama bulan April. Zuckerberg mengatakan kepada investor bahwa skandal kebocoroan data tidak memengaruhi jumlah pengguna Facebook.
Akan tetapi, saham Facebook kembali merosot 20 persen pada 25 Juli karena pertumbuhan pengguna melambat. Facebook memprediksi pertumbuhan pendapatan akan tetap pelan hingga akhir tahun 2019.