Find Us On Social Media :

Inilah Daftar 21 Dosa dan Skandal Memalukan Facebook Tahun ini

By Adam Rizal, Kamis, 27 Desember 2018 | 18:00 WIB

Ilustrasi Cambridge Analytica

14. Bias gender dalam iklan (September)

American Civil Liberties Union, sebuah lembaga swadaya yang berorientasi pada hak kebebasan individu mengajukan gugatan ke Komisi Kesetaraan Kesempatan Pekerja. Laporan yang diajukan terkait dengan salah satu alat Facebook yang digunakam menargetkan iklan.

Mereka menganggap alat tersebut bias gender. Sebab para pengusaha bisa beriklan dengan menentukan target sesuai jenis kelamin. Facebook pernah mengalami masalah serupa sebelumnya yang mengijinkan pengiklan mengecualikan etnis tertentu.

Pada bulan Agustus, pengadilan mengabulkan gugatan terhadap praktik Facebook ini.

15. Pendiri Instagram mundur (September)

Facebook kembali kehilangan salah satu pejabat tingginya. Setelah tahun lalu pendiri WhatsApp, Brian Acton mundur dan disusul Jan Koum, kini giliran pendiri Instagram melakukan hal yang sama.

Adalah duo Kevin Systrom dan Mike Krieger yang sebelumnya menjabat sebagai CEO Instagram. Keduanya merupakan pendiri Instagram sebelum akhirnya diakuisisi Facebook pada tahun 2012.

Tidak jelas alasan keduanya mundur. Mereka hanya mengatakan ingin rehat dan mencoba hal baru. "Anda tidak mungkin meninggalkan pekerjaan karena semuanya luar biasa," tulis Kevin dalam rilis Instagram.

Namun rumor beredar bahwa mundurnya Systrom dan Krieger lantaran dominasi Zuckerberg sebagai orang nomor satu di perusahaan Facebook yang menaungin Instagram dan WhatsApp.

Sebab, di bulan yang sama, Brian Acton buka-bukaan bahwa alasanya mundur dari Facebook karena kekuasaan Zuckerberg dan model bisnis yang dijalankan. Mundurnya Krieger dan Systrom disusul pendiri Oculus, yakni Palmer Luckey.

16. Data 30 juta pengguna dibobol peretas (September)

Sekelompok hacker mengekploitasi serangkaian bug yang membuka akses ke 30 juta akun Facebook. Pembobolan ini memungkinkan para hacker mengambil alih akun mereka dan membuka akses ke aplikasi pihak ketiga yang menggunakan log in Facebook. Atas kasus ini, Facebook mengatakan bekerja sama dengan FBI untuk mengidentifikasi para pelaku.