Di era transformasi digital seperti saat ini, teknologi seperti Artificial Intelligence/AI alias kecerdasan buatan makin banyak digunakan oleh perusahaan/organisasi untuk mendukung perkembangan bisnisnya.
Berdasarkan hasil laporan Narrative Science pada April 2020, teknologi AI telah membawa dampak yang sangat signifikan dalam berbagai lini di perusahaan, mulai dari strategi perusahaan, operasi bisnis, hingga fungsi pekerjaan.
AI sendiri adalah sebuah teknologi yang dikhususkan untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola.
Sederhananya, AI adalah teknologi yang memiliki kemampuan untuk meniru cara berpikir manusia dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Di berbagai negara di dunia, teknologi AI kini sudah banyak dimanfaatkan oleh banyak perusahaan dari beragam jenis sektor, mulai dari sektor finansial, manufaktur, kesehatan, pendidikan, dan masih banyak lagi.
Salah satu contoh pemanfaatan teknologi AI yang menarik yaitu di sektor data center (pusat data). Perusahaan data center yang sudah menggunakan teknologi AI untuk mendukung layanannya yaitu raksasa teknologi Google, lewat lini bisnisnya Google Cloud.
Baca Juga: Apa itu Artificial Intelligence? Mari Belajar dari Petunjuk Toilet ini
AI untuk Memprediksi Kegagalan HDD Bekerja
Bagi penyedia layanan data center yang menyimpan banyak data seperti Google Cloud, kegagalan HDD (Hard disk Drive) bekerja saat operasional perusahaan berlangsung merupakan hal yang sangat dihindari.
Pasalnya, jika hal itu terjadi maka akan sangat merugikan lantaran dapat berpotensi menyebabkan pemadaman massal di banyak produk dan layanan yang pada akhirnya merugikan klien atau pengguna akhir yang menggunakan Google Cloud.
Sebelumnya, untuk mengatasi HDD yang mengalami kegagalan dalam bekerja karena suatu masalah, Google Cloud mengatakan bahwa pihaknya menerapkan cara manual di mana tim akan terlebih dahulu menandai HDD yang bermasalah tersebut.
Kemudian, tim akan melakukan perbaikan di lokasi HDD berada dengan menggunakan software khusus - yang biasanya memerlukan pengurasan data di HDD, mengisolasi HDD, menjalankan diagnostik, dan kemudian memasukkannya kembali ke lalu lintas di data center untuk kembali bekerja.
Menurut perusahaan, proses mengatasi kegagalan HDD seperti itu tergolong mahal dan memakan waktu yang tidak sedikit.
Untuk menjawab tantangan tersebut, baru-baru ini Google Cloud bekerja sama dengan perusahaan Seagate.
Dalam kerja sama tersebut, Google Cloud dan Seagate menggunakan teknologi AI untuk memprediksi kapan HDD di data center-nya akan mengalami kegagalan bekerja, sehingga Google Cloud dapat menjadwalkan tim untuk melakukan pemeliharaan dan meminimalkan gangguan dengan memperbaiki/mengganti HDD.
“Di Google Cloud, kami mengetahui secara langsung betapa pentingnya mengelola HDD dan mengidentifikasi potensi kegagalan dalam beroperasi terlebih dahulu,” tulis Nitin Aggarwal, Sr. Technical Program Manager Google dan Rostam Dinyari, AI Engineer, di blog resmi Google Cloud.
“Itulah mengapa kami bekerja sama dengan Seagate, mitra OEM (Original equipment manufacturer) untuk HDD di data center kami, untuk menemukan cara memprediksi masalah HDD yang sering terjadi. Bersama-sama, kami mengembangkan sistem Machine Learning/ML (pembelajaran mesin), yang dibuat di atas platform Google Cloud, untuk memperkirakan kemungkinan HDD yang mengalami kegagalan bekerja — HDD yang mengalami tiga masalah atau lebih dalam kurun 30 hari,” jelas Aggarwal dan Dinyari.
Sistem ML yang dikembangkan Google Cloud dan Seagate memiliki kemampuan untuk secara otomatis mengekspor dan menganalisis data dari HDD sebelum diperbaiki, dan menggunakan temuan untuk memprediksi kemungkinan kegagalan terjadi lagi pada HDD tersebut.
Sistem tersebut dibangun di atas produk dan layanan milik Google Cloud, seperti Terraform, BigQuery, Dataflow, AI Platform Notebooks, dan AutoML Tables.
Awalnya, Google Cloud dan Seagate menguji dua model. Yang pertama, berdasarkan AutoML (pembelajaran mesin otomatis), dan yang kedua berdasarkan sistem kostum.
Model AutoML terbukti lebih berhasil, dengan presisi 98 persen, dibandingkan dengan model yang dikembangkan dengan sistem kostum di mana hanya sebesar 70-80 persen.
“Tim Google Cloud dan Seagate menguji dua model AI yang berbeda untuk memprediksi HDD mana yang akan gagal, dan menemukan bahwa model AutoML bekerja lebih baik daripada sistem kustom — Sekaligus memungkinkan Google Cloud menemukan aturan baru yang memungkinkan tim untuk menemukan kegagalan HDD sebelum terjadi,” tulis Aggarwal dan Dinyari.
Melihat hasil kerja sama yang mengesankan tersebut, Google Cloud dan Seagate berencana auntuk memperluas kerja samanya di masa yang akan datang.
"Ketika para tim IT memiliki jendela yang lebih besar untuk mengidentifikasi HDD yang bermasalah, maka tidak hanya dapat mengurangi biaya tetapi juga dapat mencegah masalah sebelum berdampak pada pengguna akhir. Kami sudah memiliki rencana untuk memperluas sistem kami untuk mendukung semua HDD Seagate — dan kami tidak sabar untuk melihat bagaimana hal ini akan menguntungkan OEM dan pelanggan kami," papar Aggarwal dan Dinyari.
Nah, contoh di atas merupakan salah satu manfaat bagaimana penerapan teknologi AI dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan penyedia layanan data center seperti Google Cloud.
Ke depannya, teknologi AI ini diprediksi akan semakin banyak di adopsi oleh berbagai perusahaan dari berbagai sektor industri di seluruh dunia.
Baca Juga: Liverpool FC, Contoh Pemanfaatan Artificial Intelligence di Sepakbola