Ada Apa dengan Cookie?
Masalah utama cookie sepenuhnya adalah karena definisinya. Cookie memungkinkan pengiklan, publisher, dan berbagai perantara lain untuk mengumpulkan terlalu banyak informasi pengguna — dan tidak selalu ditentukan kapan, di mana, dan bagaimana mereka akan menggunakan data ini, dan berapa lama mereka akan menyimpannya.
Amerika Serikat dan Uni Eropa terus menekan raksasa teknologi untuk memberi solusi terkait privasi web, dan mereka terus berupaya melindungi data pribadi warga negaranya. Inilah dasar hadirnya GDPR dan CCPA, undang-undang yang melindungi hak pengguna untuk mengontrol pengumpulan dan
penggunaan lebih lanjut data pribadi mereka.
Kekhawatiran para pengguna terkait bagaimana aplikasi dan situs web menggunakan data mereka sudah ada jauh sebelum datangnya keputusan untuk menghentikan cookie, tepatnya sejak 1993.
Menurut The Guardian, 66% pengguna smartphone menjadi lebih peduli tentang seberapa terlindunginya informasi pribadi mereka, dan 79% pengguna menolak menggunakan aplikasi jika tidak yakin aplikasi tersebut mampu melindungi informasi pribadi mereka secara efektif.
Selama ini, kekhawatiran di atasterustumbuh, bersama dengan tuduhan terhadap Google dan raksasa teknologi lainnya terkait penyalahgunaan data yang dikumpulkan. Pada Maret 2021, Google menghadapi gugatan senilai $5 miliar karena dituduh memata-matai pengguna bahkan ketika mereka dalam mode tersembunyi (incognito mode). Dan ini bukan satu-satunya gugatan terkait privasi terhadap Google dalam beberapa tahun terakhir.
Dapat dikatakan bahwa tren perlindungan data pribadi pengguna akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Selain itu, pesaing utama Chrome — Safari dan Firefox — sangat lebih agresif dalam memblokir pelacakan dibanding browser Google. Semua hal ini berujung pada berita bahwa pada Januari 2020 Google mengumumkan pada awal 2022, Google akan menghentikan dukungan bagi cookie pihak ketiga di Chrome.
Timeline Penghentian Cookie
Agustus 2019, Google meluncurkan Privacy Sandbox, dengan tujuan membuat serangkaian standar terbuka untuk membantu melindungi privasi pengguna online. Sandbox sedang mengembangkan alternatif pengganti cookie seperti FLoC, FLEDGE, dan lain-lain.
Google menegaskan tidak memiliki rencana untuk mendukung inisiatif ID Pengguna independen dan berencana menggunakan FLoC untuk tujuan penargetan. Di waktu yang sama, Google memulai pengujian lapangan FLoC dan langsung menemui jalan buntu karena masalah kepatuhan GDPR. 24 Juni 2021, Google mengatakan tidak akan menonaktifkan cookie di browsernya hingga akhir tahun 2023, memberi waktu dua tahun bagi para pelaku pasar untuk bersiap.
Google menjelaskan bahwa menghentikan cookie pihak ketiga terlalu cepat akan lebih merugikan publisher dan pengiklan daripada menguntungkan pengguna, dan juga akan mendorong pelaku pasar untuk menggunakan cara pengumpulan data yang lebih tidak etis. Di hari yang sama, Google mempresentasikan timeline terbaru untuk pengujian dan penerapan solusi Sandbox.
2021-2022, menguji solusi-solusi dalam Privacy Sandbox: menurut Director of Engineering Chrome, Vinaya Goel, ada sekitar 30 yang sedang dalam pengembangan.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR