Setiap masalah pasti ada hikmah. Di balik ujian pandemi COVID-19, terselip hikmah berupa tumbuhnya layanan digital untuk kesehatan, seperti layanan telemedis. Salah satu layanan telemedis terbaru yang hadir di Indonesia adalah AlteaCare.
Layanan telemedis tidak sekadar “mendompleng” pandemi untuk tumbuh. Layanan yang juga mencakupkan konsultasi jarak jauh (telekonsultasi) kini juga menjadi strategi penting dan kritis bagi para penyedia layanan kesehatan karena dapat mengurangi risiko penularan dan memungkinkan masyarakat tetap memperoleh pelayanan kesehatan meski di tengah pembatasan sosial.
Dalam survei GlobalData yang berjudul “The State of the Biopharmaceutical Industry 2021”, para profesional di bidang farmasi mengutarakan prediksinya bahwa telemedicine akan tetap menjadi tren industri terdepan di tahun 2021. GlobalData mencatat beberapa aplikasi telemedicine mengalami peningkatan unduhan hingga 8.270 persen di tahun 2020.
Menurut Kitty Whitney MSc, Director of Thematic Research, GlobalData, inilah untuk pertama kalinya telemedis diperhitungkan sehingga ia dimasukkan ke dalam survei tahunan GlobalData. Bahkan tren telemedis telah melampaui tren healthcare lainnya, seperti virtual clinic trial dan rekam medis elektronik.
Di Indonesia, pemanfaatan layanan telemedis juga telah diserukan oleh pemerintah kepada masyarakat, terutama bagi mereka yang tengah menjalani isoman. Tak heran jika di Indonesia, pergeseran dari konsultasi kesehatan tatap muka ke layanan dalam jaringan (daring atau online) ini juga kian pesat. Berdasarkan informasi yang dihimpun Katadata, selama pandemi COVID-19, terjadi lonjakan kunjungan ke aplikasi telemedicine hingga 600 persen.
Bidik Pasien Penyakit Kronis
Berbagai tren tersebut menjadi alasan bagi PT Digital Sehat Nusantara untuk meluncurkan aplikasi telemedis AlteaCare. Bukan sekadar aplikasi, AlteaCare dikembangkan untuk sebuah gerbang layanan kesehatan digital yang akan memberikan pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat Indonesia.
Secara umum, AlteaCare ingin menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat saat ini yang cenderung khawatir pergi berobat ke dokter atau ke rumah sakit karena khawatir tertular virus COVID-19. Namun sebagai sebuah platform digital, AlteaCare juga diharapkan dapat menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat di daerah yang kurang terjangkau oleh fasilitas kesehatan yang memadai.
Dalam sebuah wawancara khusus dengan InfoKomputer, Chief Executive Officer (CEO), AlteaCare, Mikaela Oen menjelaskan, secara spesifik AlteaCare ingin menjadi solusi bagi pasien dengan penyakit kronis.
Berdasarkan observasi yang dilakukan sebelum AlteaCare mulai dikembangkan, Mikaela melihat bahwa pasien penyakit kronis seringkali kurang mendapat perhatian penyedia solusi kesehatan digital yang sudah ada. “Karena kebutuhan mereka sangat spesifik dan lumayan beragam. Dan kalau (dilayani) lewat telekonsultasi, para pasien ini harus merasa diperhatikan oleh dokter. Jika tidak, perawatannya bisa kurang maksimal,” jelasnya.
Dengan fitur-fitur yang mempertimbangkan kebutuhan pasien kronis, otomatis AlteaCare pun bisa dimanfaatkan oleh pasien-pasien yang memiliki gejala lebih ringan. “Selalu mendesain untuk pasien kronis yang kebutuhannya lebih unik justru akan meningkatkan desain platform kami supaya lebih banyak lagi pasien bisa menggunakan,” Mikaela menambahkan.
Unggulkan Video Call
Ingin membangun personal connection yang lebih dalam antara pasien dengan dokter spesialis demi perawatan yang lebih maksimal, AlteaCare menyediakan fitur video call. Fitur ini pula yang digadang-gadang sebagai kelebihan AlteaCare daripada solusi kesehatan digital lainnya.
“Konsultasi melalui panggilan video juga merupakan fitur utama kami guna memaksimalkan keefektifan konsultasi klinis agar dapat mempermudah para dokter spesialis dalam memberikan informasi dan edukasi seputar diagnosis, evaluasi, hingga pencegahan dan pengobatan penyakit,” jelas Mikaela.
Menghadirkan fitur video call sebagai bagian dari telekonsultasi tentu bukan hal mudah. Diakui Mikaela, ada upaya ekstra yang dilakukan AlteaCare untuk mewujudkan fitur ini. “Ada effort di belakangnya supaya para dokter ini bisa dan mau melayani pasien lewat video call. Dan ini memang salah satu benefit bagi pasien yang dilayani lewat AlteaCare,” jelasnya.
Fitur lain yang menjadi andalan AlteaCare adalah Medical Advisor yang bertugas membantu pasien sebelum pasien bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis. Para medical advisor ini disiapkan untuk melakukan fungsi triase seperti di rumah sakit, yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien melalui data pasien dan hasil pemeriksaan yang mungkin pernah dilakukan pasien sebelumnya.
“Itu semua dikumpulkan dulu di medical advisor, sehingga ketika pasien ketemu dokter spesialis, persiapannya lebih baik. Dan medical advisor ini adalah dokter umum yang mengerti kondisi klinis pasien, apakah cocok untuk melakukan telehealth. Kalau sifatnya sudah sangat urgent, pasien akan dirujuk langsung ke IGD terdekat (dengan lokasi pasien,” jelas Mikaela.
Menurutnya tanpa triase, pasien berpotensi merasa kecewa karena tidak memperoleh layanan yang diinginkan padahal mereka sudah membayar untuk pelayanan tersebut.
AlteaCare juga menyediakan patient relation officer untuk membantu pasien jika ada hal-hal yang perlu ditindaklanjuti. “Misalnya pasien mau booking untuk cek darah karena arahan dari dokter adalah darahnya harus dicek untuk kontrol. Atau mungkin pasien perlu swab test atau beli obat, dan lain-lain. Itu semua akan dibantu oleh patient relation officer sehingga pasien tidak ditinggal begitu saja, sampai dia dapat semua perawatan yang diperlukan,” imbuh sarjana Cognitive Science dengan spesialisasi Human Computer Interaction dari University of California, San Diego, AS ini.
“Dan karena kita kerja sama dengan rumah sakit, sudah pasti variasi obat dan juga pilihan obat sangat lengkap di farmasi rumah sakit,” Mikaela menambahkan kelebihan yang ditawarkan AlteaCare bagi penggunanya.
“Kalaupun saat itu obat yang diresepkan dokter sedang tidak tersedia, pasien akan dibantu PRO untuk mengkomunikasikannya ke dokter dan meminta obat pengganti jika memungkinkan. “Pokoknya, pasien terima beres,” tegas Mikaela.
Terbuka untuk Kerja Sama
Ingin menjadi gerbang dan marketplace bagi layanan kesehatan digital terpadu, AlteaCare tentu tidak bisa bekerja sendirian. Mikaela Oen menegaskan AlteaCare sangat terbuka untuk melakukan kerja sama dengan penyedia layanan di ekosistem kesehatan Indonesia, dan tentu saja menjadi mitra resmi Kementerian Kesehatan.
“Secara strategis kami akan akuisisi rumah sakit untuk masuk ke platform AlteaCare, bisa hospital chain, atau hospital yang belum ada cabangnya, kami sangat open, karena memang tujuannya adalah membuat marketplace kesehatan. Jadi kami sangat terbuka untuk menjalin kerja sama dengan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan, red.) lainnya,” ujarnya.
Menurutnya, tidak mungkin jika tidak bekerja sama dengan fasyankes atau rumah sakit karena expertise dan reputasi pelayanan kesehatan ada di sana. Masyarakat akan lebih menaruh kepercayaan dan kredibilitas lebih terjaga jika penyedia layanan seperti AlteaCare berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan.
Untuk akuisisi dokter, AlteaCare untuk saat ini juga memprioritaskan untuk mengakuisisi dokter lewat rumah sakit mitra. “Memang dari aspek legal dan platformnya sendiri kami masih mengutamakan dokter-dokter rumah sakit RS karena kami maunya ada integrasi, supaya kami dapat catatan medisnya, agar kami bisa lebih mem-fulfill pesanan obat, misalnya,” Mikaela mengutarakan alasannya.
Dan mengawali kiprahnya di sektor kesehatan di Indonesia, AlteaCare menggandeng Rumah Sakit Mitra Keluarga sebagai mitra strategis. Salah satu jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia ini akan menjadi mitra penyedia tenaga kesehatan, dokter spesialis, dan penyedia obat bagi AlteaCare.
Tidakkah rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan lainnya enggan bekerja sama karena khawatir bisnisnya sendiri tergerogoti? “Mungkin, dulu sebelum pandemi, mindset nya lebih seperti itu. Tapi dengan kita lihat perkembangan pandemi saat ini, mindset mereka jadi lebih terbuka terhadap layanan kesehatan digital, karena kalau tidak masuk ke digital akan kalah dari kompetitor, dan brandingnya pasti turun di mata pasien,” Mikaela menjelaskan manfaat yang akan didapat para mitra AlteaCare.
Bergabung dengan platform digital yang bisa diakses lebih banyak orang dan tidak terhalang kendala geografis, fasyankes akan memperoleh peningkatan volume pasien baru. “Dan mereka juga bisa dapat branding, lagi-lagi, karena ini pasiennya banyak sekali dan datang dari mana-mana,” jelas Mikaela.
Tantangan Kecepatan Pengembangan Fitur
Pengembangan aplikasi AlteaCare terbilang cepat. Dimulai dengan proses riset di bulan November dan Desember tahun lalu, AlteaCare meluncur ke pasar dengan fitur pendaftaran vaksin COVID-19 di RS Mitra Keluarga. .
“Kemudian di bulan Juli, kami mulai beta public launch tanpa marketing besar-besaran. Kami testing dulu di market untuk melayani pasien umum melakukan telekonsultasi dengan dokter di RS Mitra Keluarga,” cerita Mikaela.
Ia menjelaskan, aplikasi ini live lebih awal dari timeline yang sudah ditetapkan karena saat itu terjadi gelombang kedua COVID-19. “Kami melihat banyak pasien yang bisa terbantu oleh AlteaCare, apalagi untuk pasien yang sedang melakukan isoman. Kami juga mendukung inisiatif Kemenkes yang saat itu pun sangat khawatir dengan pasien isoman,” jelasnya.
Dan pada bulan September, AlteaCare melakukan public launching dengan fitur-fitur yang sudah jauh lebih lengkap.
“Tantangan terbesar kami adalah mengejar pengembangan fitur karena sebenarnya demand-nya sudah tinggi sekali dari dokter, dari pasien maupun rekanan. Kami harus berusaha supaya timeline kami tercapai dalam waktu tidak terlalu lama,” Mikaela menjelaskan tantangan terbesar dalam pengembangan AlteaCare.
Melengkapi Ekosistem
Mengenai rencana pengembangan selanjutnya, Mikaela Oen mengatakan AlteaCare akan terus melengkapi ekosistem farmasi dan laboratorium, serta menggandeng lebih banyak mitra, dari sisi rekanan perusahaan dan asuransi.
Selain itu ada beberapa hal yang menjadi perhatian Mikaela dan timnya saat ini untuk meningkatkan pertumbuhan AlteaCare. “Tentunya bukan hanya jumlah download tapi juga jumlah pasien yang mencoba telekonsultasi karena itu kami berikan promo gratis telekonsultasi pertama,” ujarnya seraya menambahkan bahwa tingkat kepuasan pasien juga menjadi perhatian utama.
Dari sisi dokter, Mikaela harus memastikan para dokter memiliki pengalaman yang bagus sehingga mereka merasa percaya diri saat melayani pasien. “Jangan sampai ada kendala teknis dan para dokter ini tidak mau lanjut (praktik di AlteaCare),” jelasnya.
Dengan ekosistem layanan yang semakin lengkap, AlteaCare diharapkan dapat semakin memudahkan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan lengkap dan menyeluruh dari mana saja.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR