Indonesia merupakan negara yang menguasai 40 persen ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Situasi ini membuat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang terkuat di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Namun, seiring memasuki masa pascapandemi Covid-19, kenaikan tingkat inflasi membayang-bayangi pertumbuhan ekonomi nasional. Akibatnya, situasi ekonomi di Indonesia menjadi tak menentu dan sulit diprediksi dalam beberapa tahun ke depan.
Isu kenaikan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi tersebut dibahas oleh Business Development Advisor Indonesia Stock Exchange Poltak Hotradero dalam acara Innovate: Gaining Business Agility in Uncertain Times yang digelar di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (25/8/2022).
Poltak menjelaskan, tingkat inflasi di Indonesia pada 2021 cukup rendah, yakni 1,87 persen. Namun, seiring dengan pulihnya perekonomian masyarakat, inflasi meningkat secara signifikan menjadi 4,9 persen pada 2022.
Baca Juga: Ini Alasan Perusahaan Membutuhkan Data dan Analisis Real Time
“Ketika (situasi) pandemi sudah membaik, masyarakat mulai aktif (beraktivitas) lagi dan membelanjakan uang mereka. Sementara, penyedia (barang atau jasa) tidak bisa mengejar kebutuhan tersebut. Itu yang membuat harga (barang atau jasa) naik,” terang Poltak.
Sementara, dari sisi perusahaan, kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan biaya produksi atau kegiatan operasional semakin mahal. Hal itu disebabkan oleh kenaikan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas inflasi.
“Tantangan ini tentu mendorong kita, pelaku industri, untuk meningkatkan efisiensi kegiatan operasional perusahaan. Cara mengefisiensi (biaya kegiatan operasional) yang paling efektif saat ini adalah dengan go digital,” ujar Poltak.
Menanggapi pemaparan Poltak, Pemimpin Divisi Pengembangan Teknologi Informasi (TI) Bank Negara Indonesia (BNI) Setiawan Anis Widjojo mengungkapkan, digitalisasi telah membantu BNI dalam merespons perubahan perilaku masyarakat yang dinamis dengan cara yang efisien.
Baca Juga: Strategi Pemanfaatan Real Time Data Analytics untuk Tingkatkan Customer Experience
“Kehadiran teknologi digital telah mengubah mindset masyarakat dalam menggunakan (produk) perbankan, dari (sistem) konvensional menjadi digital yang lebih mudah dan modern,” kata Anis dalam kesempatan yang sama.
Berdasarkan data internal BNI, transaksi melalui aplikasi mobile banking BNI meningkat hingga 60 persen dari tahun ke tahun (year-on-year). Hal tersebut mendorong BNI untuk senantiasa melakukan pembaruan fitur dan peningkatan layanan pada aplikasi BNI Mobile Banking.
Selain itu, BNI juga mengembangkan layanan self-service melalui mesin otomatis BNI Digi CS. Lewat mesin tersebut, nasabah dapat melakukan pembaruan kartu debit BNI ke model chip, serta membuka rekening baru tanpa harus antre ke kantor cabang BNI.
“Seluruh proses (layanan digital) itu mengarah ke satu muara di core banking system. Bayangkan, jika terjadi gangguan pada core system, maka bank tidak akan bisa melayani transaksi apa pun di seluruh channel yang ada,” kata Anis.
Baca Juga: Penerapan Teknologi Open API Pada BI-FAST Perkuat Akselerasi Digitalisasi di Industri Perbankan
Menyadari peran penting infrastruktur digital untuk keberlangsungan bisnis perbankan, BNI pun mengadopsi platform yang menawarkan skalabilitas, stabilitas, dan performa tinggi, seperti IBM Power (pSeries).
“Jumlah nasabah dan transaksi di BNI terus bertambah, tetapi dengan (platform) IBM, kami tetap bisa menjaga seluruh processing time. Kemampuan transaction per second kami juga optimal sehingga nasabah bisa transaksi dengan cepat,” papar Anis.
IBM Power10 untuk kebutuhan jangka panjang
Pada acara tersebut, Department Head Presales IBM Hardware Multipolar Technology Lindra Heryadi turut memaparkan pentingnya merencanakan strategi digitalisasi yang tepat. Pasalnya, setiap perusahaan memiliki kepentingan dan prioritas sehingga memerlukan strategi digitalisasi yang berbeda.
“Pertama, tim (perusahaan) harus bisa menentukan bagaimana digitalisasi dikonsepkan dan diterapkan untuk kemajuan bisnis. Kemudian, (tentukan) bagaimana digitalisasi bisa menjangkau konsumen yang lebih luas,” kata Lindra.
Baca Juga: Konsumen Pilih Cara Belanja Hybrid, Industri Ritel Andalkan Hybrid Cloud & AI
Ia menambahkan, selain strategi digitalisasi untuk pengembangan bisnis, perusahaan juga memerlukan perencanaan infrastruktur digital yang matang.
Menambahkan uraian yang disampaikan Lindra, Senior Power Technical Specialist IBM Indonesia Dedi Widharwanto mengatakan, infrastruktur digital yang tangguh dapat membantu perusahaan menghadapi dinamika ekonomi makro beberapa tahun ke depan.
“Rata-rata, perusahaan perbankan masih memanfaatkan teknologi yang sama dengan 20-30 tahun lalu. Ini karena system core banking lebih mengutamakan skalabilitas dan performa. Itu salah satu keunggulan yang kami tawarkan melalui IBM Power10,” kata Dedi.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh institusi Information Technology Industry Council (ITIC), IBM meraih posisi sebagai perangkat dengan risiko unplanned downtime paling rendah selama 13 kali survei berturut-turut.
Baca Juga: Inilah Saran IBM Indonesia dalam Mengoptimalkan Adopsi Cloud
Sebagai perangkat teranyar IBM, IBM Power10 membawa sejumlah fitur yang telah ditingkatkan, seperti performa dengan kecepatan 4 kali lebih cepat untuk setiap core dari generasi sebelumnya dan sistem memory encryption yang aman serta transparan.
Kembali diungkapkan oleh Lindra, IBM Power10 dirancang untuk memenuhi dua kebutuhan esensial perusahaan, yakni business continuity dan cyber security.
“Business continuity itu, jika terjadi data error atau disaster, bisnis tetap bisa berjalan tanpa hambatan. Kemampuan itu digabungkan dengan sistem keamanan IBM yang dapat mengenkripsi data sejak dini dan dilengkapi fitur quantum-safe crypto,” kata Lindra.
Perangkat IBM Power10 pun dapat digunakan untuk mengakomodasi infrastruktur digital yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, baik public cloud maupun on-premises.
Tak hanya itu, IBM juga terus melakukan inovasi setiap 3-4 tahun sekali sehingga seluruh perangkat yang terintegrasi dengan IBM Power10 selalu up-to-date mengikuti perkembangan teknologi mutakhir.
Untuk mengetahui spesifikasi teknis IBM Power10 secara lebih rinci, Anda dapat mengunjungi tautan ini.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR