Saat ini, peran kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) telah merasuk di tengah-tengah kehidupan kita sehari-hari. AI telah bergeser dari sesuatu yang sifatnya fiksi sains menjadi realita berbasis sains. Maka tidak mengherankan jika AI pun dapat membantu kita mempelajari bahasa asing dengan lebih efektif.
Baca juga: Apa itu Artificial Intelligence? Mari Belajar dari Petunjuk Toilet ini
Mempelajari satu (atau lebih) bahasa asing bukan hal yang mudah bagi banyak orang. Apalagi bagi mereka yang usianya sudah tidak muda lagi tapi ingin terus menambah kemampuannya dalam berbahasa.
Menurut seorang polyglot (mampu bercakap-cakap dalam banyak bahasa) asal Kanada, Steve Kaufmann, tingkat kesuksesan dalam menguasai bahasa asing tergantung pada tiga faktor: perilaku, waktu yang dialokasikan, dan perhatian pembelajar terhadap bahasa asing tersebut.
Katakanlah, kita memiliki perilaku yang positif dan perhatian besar terhadap bahasa asing yang ingin kita kuasai, berapa lama kita harus belajar untuk mencapai kefasihan tingkat dasar bahasa asing tersebut?
Foreign Service Institute (FSI), AS, mengelompokkan bahasa-bahasa ke dalam 4 grup besar. Dan menurut hasil penelitian FSI, dibutuhkan sekitar 480 jam untuk mencapai kefasihan dasar bercakap-cakap dalam bahasa kelompok 1 (Perancis, Jerman, Indonesia, Italia, Portugis, Rumania, Spanyol, Swahili). Namun untuk fasih berbicara dalam bahasa yang ada di kelompok 2-4, kita harus menghabiskan waktu 720 jam.
Jika kita mampu mengalokasikan waktu 10 jam per hari untuk mempelajari bahasa asing, maka dalam waktu 48 hari kita akan mampu bercakap-cakap dengan kefasihan standar dalam waktu 48 hari untuk bahasa di kelompok 1 dan 72 hari untuk bahasa di kelompok 2-4. Jika menghitung hari libur, dibutuhkan sekitar 2 sampai 3 bulan untuk mencapai kefasihan standar tersebut.
Dapat kita simpulkan bahwa mempelajari bahasa asing adalah sebuah kegiatan yang sifatnya time-intensive. Dan bagi sebagian orang, agak sulit untuk mengalokasikan dan mendedikasikan waktu tersebut untuk belajar.
Baca juga : Contoh Penerapan Artificial Intelligence dalam Kehidupan Sehari-hari
Lima Manfaat AI dalam Pembelajaran Bahasa Asing
Saat ini, sudah ada banyak aplikasi mobile yang dapat membantu kita mempelajari bahasa asing hanya dengan menghabiskan waktu beberapa menit setiap hari dan dengan cara belajar yang fun.
Jangan khawatir karena saat ini ada banyak aplikasi mobile yang dapat membantu kita mempelajari bahasa asing hanya dengan mendedikasikan beberapa menit setiap hari untuk belajar.
Salah satu aplikasi language learning yang populer adalah Duolingo. Aplikasi ini memecah materi pembelajaran bahasa asing itu ke dalam bagian-bagian lebih kecil yang akan lebih mudah dikelola. Pengguna pun akan lebih mudah mempelajarinya di mana saja kapan saja. Materinya pun disesuaikan dengan kebutuhan setiap pengguna dan dikemas dalam format yang menyenangkan.
Seiring perkembangan dan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), aplikasi-aplikasi pembelajaran bahasa asing ini pun membenamkan kecerdasan buatan di dalamnya. Ada lima manfaat AI dalam aplikasi-aplikasi kategori language learning ini.
1.Memberikan umpan balik instan
Dengan AI, platform pembelajaran bahasa dapat secara otomatis memberikan nilai tes/ujian dan menganalisis tulisan begitu pengguna menyerahkan jawaban atau tugasnya. Tidak hanya memberikan nilai, AI memungkinkan aplikasi memberitahukan letak kesalahan dan memberikan rekomendasi agar pengguna terhindar dari kesalahan tersebut di lain waktu.
Bagi pengajar, solusi belajar berbasis AI ini memungkinkan mereka mengidentifikasi kelemahan pada kurikulum dan membantu meningkatkan pembelajaran.
2.Meningkatkan keterlibatan dalam proses pembelajaran
Pengguna bisa belajar dari mana saja sesuai kemampuannya, menetapkan sendiri tujuannya, dan memperoleh kurikulum terpersonalisasi. AI juga memungkinkan pengembangan gim, kuis, dan aktivitas-aktivitas belajar lainnya yang akan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
3.Chatbot, si teman belajar
Para pengembang aplikasi belajar bahasa asing kini memanfaatkan chatbot untuk memberikan kesempatan praktik kepada pengguna aplikasi. Chatbot yang ditenagai AI ini akan merespons pesan pengguna secara personal bahkan chatbot bisa mengevaluasi atau memberikan saran agar pengguna dapat menggunakan bahasa asing dengan lebih baik. Lebih menyenangkan lagi bagi pengguna karena mereka tidak perlu takut jika melakukan kesalahan karena bukan guru atau instruktur yang mereka hadapi.
4.Terjemahan oleh mesin
Penerjemahan oleh mesin (machine translation) mengalami lompatan besar berkat teknologi AI, seperti neural machine translation. Teknologi ini dapat diintegrasikan dengan sistem pembelajaran bahasa asing.
Machine Translation sebagai Bad Model adalah sebuah teknik mengajar di mana murid menemukan dan membetulkan kesalahan pada materi yang diterjemahkan oleh mesin. Cara ini akan membantu murid memahami bahasa asing dan permainan kata-kata di dalamnya dengan lebih baik. Murid juga dapat meningkatkan kemampuan membuat kalimat dan menambah kosa kata.
5.Tidak perlu takut gagal
Berbuat kesalahan adalah wajar dan kita belajar dari kesalahan. Namun ketika murid membuat kesalahan, memperoleh nilai buruk atau salah menjawab, mereka umumnya merasa malu atau bahkan enggan menjawab pertanyaan guru. AI tidak akan menghukum atau menggunakan kata-kata yang mungkin membuat murid merasa malu dan rendah diri, bahkan padam semangatnya untuk belajar.
Baca juga: Enam Contoh Penerapan Artificial Intelligence di Industri Kimia
Cara Duolingo Manfaatkan AI
Mari kita lihat contoh penerapan Artificial Intelligence (AI) dalam pembelajaran bahasa asing dengan aplikasi. Salah satu aplikasi language learning yang sudah menerapkan AI adalah Duolingo yang mengklaim dirinya “the world’s best way to learn a language”.
Diluncurkan pada 2011, Duolingo memadukan pembelajaran terpersonalisasi, feedback langsung, dan gamifikasi/reward untuk menggaet pengguna yang kini jumlah totalnya telah mencapai 500 juta user dan jumlah monthly active user sebanyak 40 juta.
Bagaimana AI dimanfaatkan pengembang Duolingo untuk mewujudkan misinya, yaitu menghadirkan edukasi bahasa yang gratis dan dapat diakses oleh semua orang?
Adaptive Placement Test
AI terlibat sejak awal pengguna bergabung di Duolingo. Pengembang menggunakan placement test berbasis AI untuk menentukan tingkatan kompetensi pengguna. Ketika seseorang yang sudah pernah mempelajari, misalnya Bahasa Perancis, di sekolah menengah selama empat tahun, titik awal pembelajarannya tentu akan berbeda dengan mereka yang sama sekali belum pernah mengetahui bahasa tersebut.
Dalam beberapa menit, hasil tes ini akan memberikan gambaran tingkat kompetensi pengguna sehingga aplikasi dapat menentukan di tingkat apa seorang pengguna harus memulai pelajaran. Kemampuan ini akan memberikan pengalaman pengguna yang positif. Pengguna yang sudah memiliki pengetahuan juga tidak akan merasa bosan karena tidak harus memulai pelajaran dari dasar.
Spaced repetition
Spaced repetition merupakan proyek AI pertama Duolingo dan dilandasi oleh teknik belajar untuk mengingat materi pelajaran. Fokus teknik ini adalah mengulang materi dan memberikan jarak waktu belajar. Adanya pemberian jeda waktu antara sesi belajar bisa membuat pengguna Duolingo mengingat lebih banyak materinya, atau dikenal dengan lag effect.
Sistem spaced repetition tahu berapa kali pengguna membaca satu kata dan mampu memperkirakan kapan pengguna melupakan kata tersebut. Kemudian aplikasi akan memilih dan memberikan tugas maupun tantangan yang perlu dilatih oleh pengguna.
Namun Duolingo akan memberikan latihan atau soal yang berbeda untuk setiap pengguna. Misalnya ada 20 kata yang akan diajarkan aplikasi dan semua pengguna memiliki daftar yang sama. Namun cara pembelajaran kata-kata itu mungkin akan berbeda bagi tiap pengguna. Misalnya, aplikasi akan mengajarkan kata “kursi” dengan memberikan kalimat “saya suka kursi ini” atau “saya duduk di kursi”. Pemilihan contoh kalimat dilakukan aplikasi berdasarkan kemungkinan yang hasilnya akan lebih baik bagi pengguna.
Birdbrain
Apa perbedaan antara “guru yang baik” dan “guru yang hebat”? Mengawali penjelasan tentang Birdbrain, di blognya, Duolingo menjelaskan bahwa guru yang baik adalah guru yang memahami materi pelajaran dengan baik sehingga ia dapat mengajarkannya baik kepada muridnya. Namun guru yang hebat adalah guru yang hebat tidak hanya memahami materi tapi juga mengetahui apa yang sudah diketahui muridnya sehingga ia akan mengajarkan materi selanjutnya yang perlu dipelajari muridnya.
Model machine learning Birdbrain dikembangkan Duolingo untuk menjadikan aplikasinya sebagai guru yang hebat. Birdbrain akan secara terus menerus belajar tentang berapa banyak yang sudah diketahui pengguna dan tingkat kesulitan berbagai materi pembelajaran bahasa.
Berdasarkan data-data itu, Birdbrain akan membuat prediksi apakah pengguna Duolingo akan mampu mengerjakan soal yang diberikan. Model ini akan melengkapi sistem personalisasi lainnya yang mencari tahu sebaik apa pengguna memahami setiap kata.
Dan semakin banyak latihan yang dikerjakan oleh semua pengguna Duolingo, aplikasi pun akan semakin mengerti tingkat pemahaman pengguna terhadap bahasa asing yang sedang ia pelajari dan seberapa menantang latihan dan soal yang diberikan ke pengguna tersebut.
Nah, setelah itu bagaimana Duolingo memanfaatkan insight tentang tingkat kesulitan yang terpersonalisasi itu? Didukung algoritme canggih, Session Generator akan membuat pelajaran (lesson) dari kumpulan banyak latihan yang prospektif bagi pengguna.
Blame
Birdbrain tidak bisa bekerja sendirian. Supaya personalisasi Birdbrain ini benar-benar bermanfaat, Duolingo juga harus tahu mengapa pengguna tidak bisa atau salah mengerjakan soal.
Nah untuk memahami bagaimana pengguna mengalami masalah tertentu, Duolingo menggunakan algoritme Blame. Algoritme ini akan mencari tahu apakah pengguna tidak memahami satu kata sama sekali atau tidak memahami hanya di bagian tertentu saja. Algoritme ini akan melakukan tagging di semua soal.
Smart Tips
Smart Tips merupakan salah satu fitur Active Learning di Duolingo. Fitur ini akan mencari tahu pangkal persoalan dan memberikan kiat secara real time ketika pengguna memberikan jawaban salah.
Fitur ini menggunakan NLP untuk memahami jawaban yang benar dan salah, melihat perbedaan di antara keduanya, mencoba menjelaskan, dan mengumpulkannya dengan jutaan soal/latihan setiap hari sebelum sistem memberikan saran berupa aturan ke pengguna. AI akan membantu memutuskan aturan yang tepat untuk pengguna.
Regression Model
Ketika menjawab tantangan yang diberikan aplikasi, pengguna bisa menekan tombol “Report” jika ia merasa jawabannya benar tapi aplikasi menyatakan jawaban itu salah. Hal ini bisa terjadi karena ketidaksengajaan di sisi pengguna atau bisa juga karena bug.
Kepada Venture Beat, Direktur Riset Duolingo, Burr Settles mengatakan bahwa setiap minggu ia dan timnya menerima hingga satu juta report, tapi 90 persen umumnya adalah junk. Tak heran jika ini adalah pekerjaan “mencari jarum di antara jerami”. Untuk memunculkan report yang akan bermanfaat, Duolingo mengembangkan algoritme logistic regression.
Chatbot
Untuk memberikan kesempatan kepada pengguna untuk mempraktikkan bahasa yang sudah ia pelajari, Duolingo menyediakan chatbot AI. Chatbot ini akan mengajar melalui percakapan otomatis berbasis teks. Chatbot ini tidak hanya membantu pengguna belajar bercakap-cakap dalam bahasa asing yang ia pelajari. Chatbot ini juga sebenarnya belajar dan menjadi semakin cerdas setiap hari berkat makin banyaknya data yang dihasilkan melalui percakapan dengan pengguna.
Bandit
Duolingo juga memanfaatkan kekuatan AI untuk berinteraksi dengan pengguna. Setiap hari aplikasi akan mengirimkan notifikasi, mengingatkan pengguna untuk berlatih. Algoritme notifikasi bernama Bandit ini tidak hanya belajar kapan harus mengirim notifikasi ke pengguna tapi juga apa yang harus dikirimkan. Bandit belajar dari data-data yang diberikan pengguna.
Baca juga: Contoh Penerapan Artificial Intelligence untuk Kurangi Emisi Karbon